Cukup sulit untuk menerima pernyataan "Rupiah Strong"; karena sebutan "strong" sebelumnya melekat pada mata uang Dolar Amerika khususnya saat terjadi perang mata uang (currency war). Agar dapat memahami kondisi mata uang Rupiah (IDR), peraga berikut ini memberikan gambaran pergerakan mata uang Renminbi (CNY-China), Rupee (INR - India), Dolar Amerika (USD - US) dan IDR berdasarkan Real Effective Exchange Rate Index yang diterbitkan BIS (Bank for International Settlement).
Peraga-1: Pergerakan Nilai Tukar CNY - INR - USD - IDR
Sementara posisi cadangan devisa (Forex Reserve) gambarannya seperti pada Peraga-2 dengan pembanding Tiongkok.
Peraga-2: Posisi Cadangan Devisa
Berdasarkan Peraga-2, cadangan devisa Indonesia naik, sementara tren cadangan devisa Tiongkok turun.
Dari Peraga-1 tentang nilai tukar berdasarkan REER, mengindikasikan kinerja perdagangan yang dapat dimaknai sebagai peningkatan surplus; sebagai gambaran, Peraga-3 memberikan besaran surplus perdagangan dengan US.
Peraga-3 : Neraca Perdagangan Indonesia - US (semeteran - 6 bulan)
Dari peraga-3 ditunjukkan bahwa trend surplus perdagangan Indonesia - US naik.Â
Selain perdagangan, kenaikan indeks mengindikasikan kondisi inflasi domestik terkendali dan pergerakan nilai tukar nominal yang stabil.
Kenaikan posisi cadangan devisa menunjukkan peningkatan kepercayaan global terhadap perekonomian Indonesia baik pada pasar saham maupun pasar uang yang berkaitan dengan obligasi.
Rupiah "Strong" memberikan gambaran mengesankan tentang perekonomian Indonesia. Tetapi agar dapat mendorong pertumbuhan perekonomian, tidak cukup dengan stimulus moneter, misalnya melalui "Ease Money Policy". Stimulus fiskal atau anggaran tetap merupakan faktor utama akibat sektor swasta masih terkena virus "slow down".
Arnold Mamesah - 8 Agustus 2017