Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Efek Tularan dan Stimulus Anggaran

31 Juli 2017   11:29 Diperbarui: 31 Agustus 2017   14:16 1283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fenomena demikian terjadi pada komoditas global seperti diberikan pada peraga berikut ini.

Peraga-6 : Deflasi Harga Komoditas Energi dan Non Energi

Sumber informasi : World Bank - Commodity Markets
Sumber informasi : World Bank - Commodity Markets
Trend turun harga komoditas (energi dan non energi) telah berlangsung lama; non energi sejak 2011 sedangkan energi berlangsung sejak pertengahan 2014. Pada awalnya, penurunan harga energi migas (minyak dan gas alam) dipandang sebagai koreksi; kemudian berkelanjutan dan sangat mempengaruhi penerimaan negara yang mengandalkan ekspor migas. Kondisi yang serupa pada komoditas non energi.

Peraga-7 : Spiral Deflasi

Spiral Deflasi - koleksi Arnold M.
Spiral Deflasi - koleksi Arnold M.
Merujuk pada gambar atas, penurunan harga komoditas menekan penerimaan negara dan dunia usaha; tularannya berdampak pada pendapatan dan lapangan kerja baru serta daya beli masyarakat; yang berlanjut menekan permintaan dan menimbulkan kondisi oversupply. Efek tularan dan spiral deflasi membuat perekonomian kian menyusut, menimbulkan dampak sosial dengan waktu pemulihan yang panjang.

Stimulus Anggaran Pilihan Tepat

Pada awal Juli 2017 timbul keluhan dari pengusaha tentang penurunan daya beli masyarakat; yang kemudian ditanggapi dengan pengakuan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (SMI). Tetapi muncul sanggahan bahwa bukan penurunan daya beli tetapi perubahan pola belanja akibat berkembangnya "transaksi on line". Perdebatan atas kenyataan penurunan daya beli akan sia-sia dan tidak mendapatkan hasil tanpa memperhatikan kondisi global yang tularannya mempengaruhi perekonomian domestik. Juga mengabaikan pola dan pembelajaran serta pemahaman berdasarkan "Generally Accepted Economic Principles". Krisis finansial 2008 sangat memukul perekonomian US dan negara maju seperti European Union dan Jepang; tetapi kemudian US berhasil dengan cepat memulihkan perekonomiannya karena pemerintah US memilih strategi stimulus dengan defisit pada anggaran. 

Perekonomian Indonesia menganut sistem terbuka dan mendukung perdagangan global. Dalam menghadapi situasi global yang berada dalam tekanan, pembelajaran dari perekonomian US menjadi pertimbangan demi menghindari penyusutan perekonomian. 

Pemerintah telah dengan tepat memilih stimulus anggaran.

Arnold Mamesah - 31 Juli 2017 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun