Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pesona Perekonomian Indonesia dalam G20

15 Juli 2017   15:44 Diperbarui: 16 Juli 2017   09:02 1554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
G20 - GDP Growth Deficit DSR - koleksi Arnold M.

Dari Peraga-3 ditunjukkan bahwa 5 (lima) perekonomian tumbuh di atas 3% yaitu India, Tiongkok, Indonesia, Turki dan Spanyol; sedangkan lainnya di bawah 3% dengan catatan Rusia dan Brazil mengalami pertumbuhan negatif. Untuk anggaran, hanya Korea Selatan dan Jerman yang surplus sedangkan lainnya defisit.

Ambang batas rasio utang terhadap PDB yang umum digunakan besarnya 60%; dengan demikian Jepang, Itali, USA, Spanyol, Kanada, UK, Perancis, Brazil, India, Jerman, dan Belanda (Netherland) telah melibihi ambang batas. Sedangkan empat negara, Turki, Indonesia, Rusia, dan Arab Saudi rasio utang rendah di bawah 30%.

Demi mencapai pertumbuhan di atas 3%, Spanyol membutuhkan defisit hingga 4.3%, Turki mencapai defisit 3,4%, Tiongkok mencapai 3,7%, India harus mengalami defisit hingga 6,7%; sedangkan Indonesia cukup dengan rerata defisit 2.57%. Dalam kondisi surplus anggaran, Korea Selatan mencapai rerata pertumbuhan 2,7% sedangkan Jerman mencapai angka 1,6%. 

Tidak dapat disangkal bahwa perekonomian global saat ini mengalami "Secular Stagnation". Dalam kondisi ini, pertumbuhan dengan mengandalkan kekuatan pasar tidak terwujud sehingga membutuhkan "intervensi". Melalui intervensi stimulus moneter, kebijakan yang digunakan Bank Sentral umumnya dengan menurunkan suku bunga acuan, tidak berhasil mendorong konsumsi, investasi, dan inflasi sehingga peningkatan pertumbuhan tidak tercapai. Pilihan lain adalah intervensi stimulus fiscal yang berdampak peningkatan defisit anggaran. Dalam pengertian ini, perekonomian Indonesia menampilkan pesona; karena dengan defisit yang hanya pada kisaran 2,57% dan rasio utang di bawah 30% tetapi dapat mencapai pertumbuhan 5%.

Lantas akan muncul pertanyaan : "Kenapa tidak memaksimalkan defisit agar dapat mendorong pertumbuhan menjadi lebih tinggi ?" Hal ini selayaknya menjadi tantangan bagi para pembantu presiden di bidang perekonomian.

Arnold Mamesah - 15 Juli 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun