Gejolak Global dan "New Normal"
Sebutan perekonomian Rajawali (merepresentasikan Indonesia), Panda (Tiongkok), dan Gajah (India) pertama kami digunakan dalam artikel : "Potret Perekonomian China, India dan Indonesia" (untuk artikel lengkap klik di sini). Lebih dari satu tahun berlalu sejak artikel tersebut dipublikasikan, perlu untuk dilihat kembali perubahan yang terjadi pada masing-masing perekonomian.
Kondisi "New Normal" telah menjadi norma perekonomian global dan secara umum berkaitan dengan hal-hal seperti pada Peraga-1.
Gambaran proyeksi pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto atau GDP : Gross Domestic Product) diberikan pada Peraga-2.
Berdasarkan prediksi IMF, tren pertumbuhan Tiongkok turun, sedangkan India dan Indonesia naik. Negara maju (Adv. Econ. atau Advanced Economies) sejalan dengan "Global New Normal" akan mengalami pertumbuhan rendah.
Defisit Anggaran dan Beban Utang
Kondisi defisit anggaran juga dialami semua perekonomian; untuk trio perekonomian Gajah, Panda, dan Rajawali gambarannya pada Peraga-3.
Defisit fiskal perekonomian Rajawali berada pada kisaran 2.5%; Panda pada kisaran 3.5% sedangkan Gajah pada kisaran 6.5%.
Kondisi defisit fiskal akan berdampak pada rasio utang terhadap PDB dan gambarannya diberikan pada Peraga-4.
Hingga 2020 diproyeksikan rasio utang terhadap PDB pada perekonomian Rajawali akan berada pada kisaran 29%, Panda pada kisaran 56% sedangkan perekonomian Gajah akan berada pada kisaran 63%. Secara rerata, perekonomian negara-negara Emerging Markets & Developing Economies (EM&DE) berada pada besaran 51%. Dengan gambaran demikian, rasio utang Rajawali masih jauh di bawah Panda, Gajah, dan EM&DE; sementara rasio yang dianggap wajar adalah 60%.
Kinerja Perdagangan dan Nilai Tukar
Gambaran kinerja perdagangan barang diberikan pada Peraga-5.
Dari kinerja perdagangan barang, surplus Rajawali meningkat; surplus Panda turun sedangkat defisit Gajah turun. Sekedar perbandingan, perdagangan US masih terus mengalami defisit seperti diberikan pada Peraga-6.
Dalam memahami kinerja mata uang dan nilai tukar, digunakan indeks REER (Real Effective Exchange Rate) yang diterbitkan BIS (Bank for International Settlement) dan gambarannya diberikan pada Peraga-7.
Berdasarkan tren, indeks nilai tukar mata uang INR (Rupee India), JPY (Japan Yen), Euro (EU Euro) dan IDR (Indonesia Rupiah) naik, sedangkan CNY (Tiongkok Renminbi), Pound (UK GB Pound) dan USD (USA Dollar) turun.
Perubahan untuk masa Januari 2016 - hingga Mei 2017 diberikan pada Peraga-8.
Menuju Satu Abad NKRI
Kurang dari 30 (tiga puluh) tahun, Negara Kesatuan Republik Indonesia akan mencapai usia satu abad kemerdekaan. Dalam artikel : "Pilihan Pengembangan Infrastruktur Interkoneksi" (lihat artikel lengkap di sini) diberikan gambaran Pendapatan Per Kapita dengan 3 (tiga) asumsi tingkat pertumbuhan.Â
Dengan situasi global "New Normal", tingkat pertumbuhan di atas 7% dirasakan muskil; sehingga perlu disusun skenario dengan memperhatikan kondisi gejolak serta spiral deflasi. Pada sisi lain peningkatan pertumbuhan ekonomi membutuhkan investasi yang besar dan agresif; tetapi defisit anggaran pemerintah diatur undang-undang tidak boleh melebihi 3% dari PDB. Sehingga yang selalu diharapkan adalah investasi non pemerintah baik lokal maupun asing.
Gambaran pertumbuhan pendapatan menuju satu abad NKRI diberikan pada Peraga-9.
Dengan skenario pertumbuhan masing-masing :
1. Di atas rata-rata (Abv : Above Average), Pendapatan Per Kapita mencapai USD 8.260 (2030) dan USD 22.580 (2045);Â
2. Rata-rata (Avg : Average), Pendapatan Per Kapita mencapai USD 7.890 (2030) dan USD 19.630 (2045);Â
3. Di bawah rata-rate (Low), Pendapatan Per Kapita mencapai USD 6.640 (2030) dan USD 12.850 (2045).
Untuk mencapai pertumbuhan sesuai dengan skenario, faktor pendukung yang perlu diperhatikan adalah investasi, infrastruktur, dan institusi.
Memperhatikan tren pertumbuhan, besaran defisit anggaran dan posisi utang, kinerja perdagangan dan indeks nilai tukar, kinerja perekonomian Rajawali bukan anomali tetapi memberikan gambaran yang tangguh menghadapi gejolak global.Â
Namun untuk mencapai tingkat pertumbuhan di atas 6% tidak ada pilihan selain peningkatan investasi. Dalam situasi minat investasi non pemerintah lokal dan asing masih belum meningkat maka diperlukan inisiatif pemerintah berinvestasi dan implikasinya penambahan utang. Dengan pertumbuhan yang meningkat, penambahan utang bukanlah ancaman dalam perekonomian karena rasio utang terhadap PDB akan turun. (Lihat artikel : Defisit Agresif Untuk Capai Target Pertumbuhan).
Arnold Mamesah - 27 Juni 2017