Proteksi terhadap pasar USA merupakan warna penting dalam pemerintahan Presiden USA Donald Trump. Sejalan dengan hal tersebut, presiden Trump memberi perintah agar USA "quit" atau keluar dari TPP (Trans Pacific Partnership). Pada sisi lain, Trump mengindikasikan kedekatan hubungannya dengan Presiden Federasi Rusia, Vladimir Putin.Â
Dalam artikel : "Kecoak Trumponomics" dalam Konflik SMI dengan JP Morgan, diberikan gambaran dampak yang dapat terjadi seperti digambarkan pada Peraga-1.
Dampak dari tindakan balasan para mitra dagang USA adalah tekanan pada ekspor produk USA yang berakibat peningkatan defisit perdagangan dan depresi serta tekanan pertumbuhan pada korporasi USA. Implikasi lanjutannya adalah penurunan pendapatan tenaga kerja di USA serta tekanan pada pertumbuhan lapangan kerja; jika kondisi demikian berkelanjutan maka berpotensi resesi pada perekonomian USA.
Sebagai respon terhadap kebijakan Trumponomics, akan juga terjadi perubahan pada ranti pasokan global (global supply chain) khususnya pada negara industri. Untuk memahaminya, perlu diperhatikan dari besaran GDP (Gross Domestic Product) global seperti diberikan pada Peraga-2.
Dari peraga-2, 80% GDP global merupakan kontribusi 19 negara (termasuk Indonesia pada peringkat 16).Â
Kesulitan akses terhadap pasar USA dan sejalan dengan kecenderungan Regional Economic Partnership" akan memunculkan aliansi baru perdagangan antara lain kelanjutan TPP tanpa USA (Aliansi Asia & Pasifik), aliansi USA dengan mitra abadi, UK pasca Brexit, dan aliansi sekeliling Atlantik dan Eropa yang merupakan perluasan European Union tanpa harus menerapkan "single currency" Euro.
Gambaran pangsa aliansi perdagangan baru tersebut diberikan pada peraga-3.
Memperhatikan aliansi perdagangani global yang timbul, Trumponomics akan membuat USA terkucilkan.