Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Benarkah Perekonomian Indonesia Masih Jauh Lebih Baik?

26 Oktober 2016   15:21 Diperbarui: 27 Oktober 2016   12:04 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mata Uang Rupiah Perkasa

Dalam paparan kinerja perekonomian 2 (dua) tahun pemerintahan duet Jokowi-JK, salah satu pernyataan yang disampaikan “Bahkan perekonomian Indonesia masih jauh lebih baik dibanding dengan Brazil, Rusia, Afrika Selatan, ataupun Turki.” 

Untuk menguji pernyataan tersebut, Peraga-1 memberikan indikator Indeks REER (Real Effective Exchange Rate) yang diterbitkan Bank for International Settlement pada 19 Oktober 2016.

kinerja-reer-index-58105b4963afbd8a48bab59a.png
kinerja-reer-index-58105b4963afbd8a48bab59a.png
Peraga-1 memberikan gambaran rerata indek REER untuk 2016 dibandingkan dengan rerata masa 2014 hingga akhir 2015.

Indeks REER suatu perekonomian (negara) merupakan gambaran yang lebih representatif daripada sekedar nilai tukar yang berlaku dalam transaksi; karena mengindikasikan kondisi inflasi (berdasarkan Indeks Harga Konsumen) dan kinerja transaksi perdagangan global.

Berdasarkan kinerja, hanya mata uang USA (USD) dan Jepang (JPY) yang berada di atas mata uang Rupiah (IDR) sedangkan lainnya di bawah Indonesia (IDR).

Perekonomian Gajah, Panda, dan Garuda

Penggunaan istilah perekonomian Gajah, Panda, dan Garuda pertama kali dimunculkan penulis dalam artikel : Potret Perekonomian China, India dan Indonesia

Pada negara-negara G20 untuk masa 2016,hanya perekonomian India (Gajah), China (Panda) dan Indonesia (Garuda) bertumbuh di atas 5%. Tren India turun (Triwulan-2 : 7,1%), China flat atau tetap (Triwulan-2 dan 3 pada 6,7%), Indonesia naik (Triwulan-2 : 5,1%).

Gambaran defisit anggaran dan posisi utang Gajah, Panda, dan Garudah diberikan pada Peraga-2.

Indikator Defisit dan Utang - Disusun : Arnold M. | Sumber Informasi : IMF (dengan pengolahan).
Indikator Defisit dan Utang - Disusun : Arnold M. | Sumber Informasi : IMF (dengan pengolahan).
Di balik trend pertumbuhan tersebut, perekonomian Gajah mengandung ancaman pada tingginya tingkat defisit terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) dan tingkat utangnya; demikian juga defisit Panda dengan peningkatan utang yang cukup berarti. Sementara ini indikator defisit dan utang perekonomian Garuda masih (jauh) di bawah ambang batas.

Mungkin tidak banyak yang memahami indikator ini khususnya dalam hal utang; sehingga sering muncul retorika anti utang. 

Dengan kondisi yang sudah dicapai selama dua tahun pemerintahan Jokowi-JK, dan demi mendorong pertumbuhan maka sudah selayaknya strategi stimulus perekonomian ditunjang dengan upaya ekspansi pembangunan khususnya pada sektor infrastruktur yang mempersiapkan dukungan bagi pengembangan sektor industri.

Ancaman Kecoak The Fed

Ancaman kenaikan suku bunga acuan The Fed (Fed Fund Rate) selalu muncul; diprakirakan terjadi pada Desember 2016 dengan kenaikan 25-50 basis poin. Kenaikan suku bunga acuan tersebut akan menyebabkan USD menguat baik terhadap mata uang utama (Euro, JPY, GBP, dan CNY) juga terhadap mata uang negara mitra dagang US termasuk Indonesia. Tetapi merujuk pada Desember 2015 saat kenaikan suku bunga acuan, yang terjadi justru trend apresiasi IDR.

Dampak apresiasi atau penguatan pada perekonomian US dapat dilihat pada Peraga-3.

Sumber Informasi : FRED - The Fed St. Louis Economic Research
Sumber Informasi : FRED - The Fed St. Louis Economic Research
Peraga-3 menunjukkan trend penguatan USD (berdasarkan Trade Weighted Currency Exchange) akan berimplikasi pada peningkatan defisit perdagangan US. Kondisi ini mengancam kinerja dan pertumbuhan korporasi US yang selanjutnya menekan pertumbuhan pendapatan tenaga kerja.

Salah satu cara pandang The Fed dalam pertimbangan kenaikan suku bunga acuan adalah indikator NAIRU (Non Accelerated Inflation Rate of Unemployment). Tingkat inflasi yang diharapkan adalah 2% dengan tingkat unemployment (pengangguran) pada 5%. Pada September 2016 tingkat unemployment US pada kisaran 5%.

Gambaran inflasi dan tingkat pertumbuhan pendapatan tenaga kerja US diberikan pada Peraga-4.

Sumber Informasi : FRED - The Fed St. Louis Economic Research (dengan pengolahan)
Sumber Informasi : FRED - The Fed St. Louis Economic Research (dengan pengolahan)
Berdasarkan Peraga-3, trend USD mengalami apresiasi, tingkat inflasi tahunan sudah berada di atas 2% dan peningkatan pendapatan juga di atas 2,5%. Jika tingkat inflasi tetap berada di atas 2% dan pendapatan tenaga kerja tetap meningkat maka besar peluangnya terjadi kenaikan suku bunga acuan The Fed pada Desember 2016.

Secara umum ada 3 (tiga) isu global yang menimbulkan gejolak pada pertumbuhan perekonomian Indonesia yaitu kenaikan suku bunga The Fed, penurunan pertumbuhan ekonomi China, dan deflasi komoditas global. Dalam artikel : Trisula Ancaman Perekonomian Indonesia. ditunjukkan bahwa pengaruh ancaman tersebut tidak besar bahkan minor.

Tulisan ini bukan menguji atau membantah kinerja perekonomian, tetapi memberikan gambaran objektif berdasarkan data dan fakta namun tetap kritis serta berpikir jernih!

Arnold Mamesah - 26 Oktober 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun