Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Jangan Biarkan Momentum Infrastruktur Berlalu

5 Oktober 2016   15:50 Diperbarui: 6 Oktober 2016   02:08 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock.com

Momentum Pertumbuhan

Apa yang menjadi momentum yang tidak boleh dilewatkan ? Peraga-1 memberikan gambaran tren pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) triwulanan dengan pembanding beberapa negara di kawasan Asia yang masuk dalam kelompok G20.

Sumber Informasi : OECD - G20 Quarterly GDP Growth
Sumber Informasi : OECD - G20 Quarterly GDP Growth
Dari 6 (enam) negara masing-masing India, China, Indonesia, Jepang (Japan), Korea Selatan (South Korea), Turki (Turkey), tiga negara pertama tumbuh di atas rerata G20. Tren pertumbuhan India dan China dalam dua triwulan terakhir turun sedangkan Indonesia naik. Negara lainnya seperti Jepang menunjukkan tren pulih, Korea Selatan masih naik-turun sedangkan Turki turun.

Faktor yang menyebabkan turunnya pertumbuhan India antara lain : tersendatnya aliran investasi asing (FDI), penurunan aktivitas pembangunan khususnya konstruksi, pertambangan yang makin tertekan, tekanan pada produk pertanian, dan penurunan permintaan (demand). (Sumber : 5 Reasons Why India’s Growth Was Disappointing Last Quarter). Trend turun China tidak lepas dari siklus perekonomian serta perubahan dari "investment driven growth" (pertumbuhan ekonomi yang semata mengandalkan investasi) dan ekspor menuju "consumption driven growth" (pertumbuhan yang mengandalkan konsumsi; hingga 2015 pangsa konsumsi keluarga terhadap PDB masih di bawah 50%). 

Indonesia mengalami tren turun lebih dari 20 triwulan dan mulai menunjukkan pemulihan pada dua triwulan terakhir; pangsa konsumsi keluarga pada kisaran 56% dan Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) pada besaran 33% (Lihat data BPS di sini).

Indikator Ekonomi

Selain berfungsi sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia (BI) bersama pemerintah berperan dalam pengendalian inflasi dengan implikasi pada nilai tukar. BI juga menerbitkan acuan bagi perbankan yaitu BI Rate atau BI 7-day Repo Rate yang digunakan sebagai acuan perbankan nasional menentukan suku bunga simpanan dan pinjaman.

Peraga-2 memberikan gambaran Inflasi, Nilai Tukar, dan BI Rate untuk masa September 2015 - 2016

Inflasi - Nilai Tukar - Reference Rate, prepared by Arnold M.
Inflasi - Nilai Tukar - Reference Rate, prepared by Arnold M.
Dari Peraga-2, dengan melihat tingkatan September 2015 dan 2016, inflasi tahunan turun dari 6,83% menjadi 3,08%; nilai tukar Rupiah (IDR) - Dolar Amerika (USD) berdasarkan nilai tengah turun hingga 9% (bandingkan dengan September 2013-2014 yang naik 21% dari 11.890 menjadi 14.396). Sedangkan suku bunga rujukan turun dari 7,5% menjadi 5% ! Perlu dicatat bahwa dalam masa tersebut neraca perdagangan hampir selalu surplus (kecuali pada November dan Desember 2015).

Memang indikator positif tetapi ada sisi lain yang perlu mendapatkan perhatian yaitu rendahnya ekspansi kredit khususnya investasi. Masalahnya bukan hanya pada suku bunga pinjaman tetapi kondisi internal perbankan yang memerlukan perhatian (Lihat : Kredit Melambat, NPL Bank Naik). Juga, dunia usaha khususnya korporasi masih belum lepas dari "Bencana Neraca" dan secara global masih sangat terpengaruh pada fenomena "Jebakan Likuiditas".

Partisipasi dan Inisiatif Infrastruktur

Sudah selusin tambah satu paket kebijakan stimulus perekonomian yang diluncurkan pemerintah tetapi hasilnya malah paradoksal; tren penanaman modal asing turun demikian juga domestik. Sering sekali muncul anggapan bahwa "seretnya" investasi asing dipengaruhi berbagai indikator seperti misalnya Ease of Doing Business Index dan Logistic Performance Index (World Bank), Global Competitiveness Index (World Economic Forum), dan bahkan indikator yang dikaitkan dengan kroni. (Lihat artikel : Keliru Paham Seputar Rating dan Peringkat dan Usai Episode-I Tax Amnesty). Tetapi data menunjukkan bahwa berbagai indikator tersebut tidak terlalu relevan dalam aliran dana investasi asing. 

Beberapa pertimbangan dalam investasi asing seperti relokasi, upah tenaga kerja, dan kemitraan dengan lokal sudah bukan merupakan hal utama; investasi asing mempertimbangkan kemampuan pasar domestik menyerap produk. Sementara, berharap pada investasi asing khususnya dalam infrastruktur masih sarat kendala akan pemahaman Public Private Partnership (PPP) yang substansinya pada partisipasi. Sangat kental pola pikir birokrat dan masyarakat yang beranggapan bahwa publik atau pemerintah mampu melaksanakan pembangunan infrastruktur dengan kemampuan sendiri. 

Dalam kondisi global yang mengalami "New Normal", tantangan Indonesia pada intinya mencakup tiga hal yaitu Investasi, Infrastruktur, dan Income (Lihat : Trilema Perekonomian Indonesia). Tekanan pertumbuhan yang dialami dan indeks logistik yang rendah, tidak lepas dari keputusan masa lalu yang minim dalam investasi infrastruktur. Dengan kondisi "Private Participation" yang masih terkendala maka inisiatif pemerintah dalam pembangunan infrastruktur menjadi penggerak utama. 

Dalam hal pemerintah, perbendaharaan dalam kendali Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (SMI), dengan adagiumnya : In everything we do, we partner. We cannot do it alone ! Bagaimanapun juga tantangan dan kendala anggaran, jangan biarkan momentum infrastruktur sebagai pendorong pertumbuhan berlalu !

Arnold Mamesah - 5 Oktober 2016

Masyarakat Infrastruktur Indonesia - Laskar Initiatives

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun