Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ekspansi Fiskal dengan Defisit Maksimum

9 September 2016   03:35 Diperbarui: 9 September 2016   03:44 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Faktor Utama Pertumbuhan Ekonomi - disusun Arnold M.

Penyusunan APBN 2017 antara Pemerintah yang diwakili Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (SMI) dan Dewan Perwakilan Rakyat mulai bergulir dengan menetapkan asumsi dasar yang salah satunya pertumbuhan ekonomi 5,1%. Bagaimana mengupayakan pencapaian target pertumbuhan tersebut ?

Peraga-1 memberikan gambaran faktor-faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi.

Faktor Utama Pertumbuhan Ekonomi - disusun Arnold M.
Faktor Utama Pertumbuhan Ekonomi - disusun Arnold M.
Sumber Informasi : Bank Indonesia - SEKI (dengan pengolahan).

Dari grafik dan pengujian statistik didapatkan bahwa faktor penting dan utama pertumbuhan ekonomi yang diukur dari Produk Domestik Bruto (PDB) adalah Pertumbuhan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) yang sejalan dengan pertumbuhan kredit investasi dan konsumsi rumah tangga.

Pertumbuhan ekonomi tidak semata bergantung pada kebijakan fiskal yang berkaitan dengan Penerimaan dan Belanja negara, tetapi juga memerlukan kondisi pasar yang beraktivitas secara dinamis (sektor riil) untuk mendorong investasi dan dukungan kebijakan moneter bank sentral (BI : Bank Indonesia).

Dalam mendorong sektor riil khususnya menarik investasi, sudah diupayakan dengan 13 (tiga belas) paket kebijakan yang diluncurkan sejak September 2015 hingga Agustus 2016. Terlalu naif berharap dampak dari 13 paket tersebut akan langsung dirasakan. Faktanya pertumbuhan investasi baik dari luar (asing) dan domestik diprakirakan pada 2016 turun dibandingkan investasi 2015. Dengan demikian, reformasi struktural melalui berbagai paket kebijakan dan kemudahan investasi belum dapat diharapkan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi.

Sejak awal 2016 Bank Indonesia mengkoreksi BI Rate dari 7,5% menjadi 6.5%; dan saat ini menggunakan BI 7-day (Reverse) Repo Rate 5,25%. Dengan langkah ini diharapkan akan meningkatkan kredit khususnya untuk investasi. Faktanya, berdasarkan prediksi pada pertumbuhan kredit 2016 hanya 7%-9%. Sementara pertumbuhan utang eksternal swasta turun yang maknanya swasta lebih mementingkan pembayaran pokok utang daripada melakukan investasi. Kondisi rendahnya investasi, turunnya minat berutang dan lebih mengutamakan pembayaran utang, serta menghindari pemanfaatan pinjaman merupakan indikasi Jebakan Likuiditas. Dalam situasi demikian, kebijakan moneter mandul; karena ekspansi kredit investasi rendah tidak dapat mendorong permintaan serta inflasi berlanjut dengan pertumbuhan ekonomi tertekan.

Dengan penjelasan di atas, pilihan yang tersisa hanya pada Ekspansi Fiskal maksimum. Kebijakan ini manfaatkan ambang batas defisit anggaran hingga 3% (sesuai UU No. 17/2003); dan mengutamakan atau Fokus Infrastruktur Domestik yang menciptakan banyak lapangan kerja serta mendorong permintaan. Sejalan dengan kebijakan tersebut peningkatan penerimaan tetap berlangsung bersama dengan upaya reformasi pajak (PINTAR : Project for Indonesia Tax Administration Reform).

Gambaran defisit anggaran maksimum dan implikasinya pada pinjaman diberikan pada Peraga-2.

Model Pertumbuhan Dengan Defisit Maksimum - Koleksi Arnold M
Model Pertumbuhan Dengan Defisit Maksimum - Koleksi Arnold M
Sumber Informasi : Kementerian Keuangan RI. (dengan pengolahan). Angka PDB, APBN, dan Utang dalam satuan USD Miliar.

Dengan menggunakan defisit maksimum dan meningkatkan rasio penerimaan pajak, PDB meningkat 75% dari USD 870 Miliar menjadi USD 1.500 Miliar pada 2025; sementara rasio pinjaman terhadap PDB turun dari 28% pada akhir 2016 menjadi 24.8% akhir 2025. 

Gambaran pertumbuhan PDB, Utang, dan Rasio Utang terhadap PDB diberikan pada Peraga-3 yang merupakan tampilan grafik Peraga-2.

PDB Utang dan Rasio Utang - disusun Arnold M.
PDB Utang dan Rasio Utang - disusun Arnold M.
Sketsa grafik Peraga-3 bercerita banyak daripada rangkaian panjang kata-kata atau rasionalitas tanpa dukungan data dan fakta.

Defisit maksimum perlu dan utang itu baik agar perekonomian tumbuh sehat.

Arnold Mamesah - 9 September 2016

Masyarakat Infrastruktur Indonesia - Laskar Initiatives

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun