Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kecoak Global dan Virus Ekonomi Indonesia

14 Juni 2016   14:16 Diperbarui: 14 Juni 2016   20:56 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Pissedofgeek.com

Bukan berbicara virus yang menyerang komputer; tetapi yang dikenal seperti virus influenza yang menimbulkan gejala demam dan suhu badan jadi tinggi. Dalam hal perekonomian Indonesia, virus yang muncul saat ini antara lain gejolak harga pangan menjelang hari raya, khususnya harga daging sapi; penerimaan negara melalui pajak dengan bumbu Tax Amnesty dan Dana Repatriasi; dan pemotongan anggaran belanja sejalan dengan pembahasan APBN Perubahan 2016 yang sedang dilakukan pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat.

Terlalu banyak pembahasan seputar harga pangan dan daging sapi yang menjadi konsumsi masyarakat khususnya menjelang hari raya dan kelak menjelang akhir tahun. 

Fenomena harga pangan dan daging sapi yang tinggi selalu membuat gaduh dan penanganan masalah terkesan sangat sporadis tapi kemudian pasca hari raya dilupakan. Terhadap masalah pangan, selayaknya menggunakan strategi "buffering stock" (atau manajemen persediaan) agar harga stabil, langgeng dan kebutuhan dapat tersedia setiap saat. 

Sisi lain kebutuhan masyarakat yang "harganya perlu stabil dan tersedia" adalah energi khususnya BBM. Sejalan dengan pertumbuhan perekonomian serta "historical trend", kebutuhan BBM akan selalu naik. 

Diprakirakan pada 2020 kebutuhan BBM berada pada besaran 2,1 jt barrel ekivalen per hari dan saat ini sekitar 1,6 jt barrel. Produksi minyak berdasarkan target lifting APBN-P 2016 pada 810.000 BOPD (Barrel Oil Per Day). Kalkulasi sederhana akan menunjukkan bahwa defisit produksi terhadap kebutuhan (demand) sekitar 50%. 

Investasi di sektor perminyakan "stagnant" atau bahkan turun; berarti trend produksi pada tahun-tahun mendatang akan dapat dipastikan turun. Implikasinya defisit minyak makin besar. Secara kasat mata kemacetan yang terjadi di jalan raya (termasuk jalan tol berbayar) terus mendera berarti konsumsi BBM makin naik sebagai dampak inefisiensi. 

Perubahan perilaku untuk menggunakan transportasi publik masih terkesan lamban. Pesannya: perlu pembenahan dan kebijakan yang sifatnya "panacea" (memulihkan dan menyembuhkan penyakit), bukan sekedar "obat analgesic" penghilang pusing dan rasa sakit.

Tentang penerimaan negara yang tidak sesuai target bukan sesuatu hal yang mengejutkan. Sebagai kelanjutan dari masa resesi (yang diharapkan menuju siklus pemulihan); maka penerimaan negara akan tertekan; hal ini akibat penurunan kinerja dunia usaha khususnya sektor swasta terlebih masih belum sepenuhnya bebas dari tekanan utang dan fenomena Resesi Neraca. Dalam kondisi demikian, intervensi pemerintah merupakan resep mujarab.

Virus yang terkesan jinak tetapi berpotensi menimbulkan dampak "Snowball Effect" atau "Declining Spiral" adalah "pengetatan anggaran" (austerity policy) dengan memotong anggaran belanja. Pengurangan anggaran belanja (dengan berbagai alasan dan pertimbangan) akan berdampak penurunan permintaan yang ditimbulkan oleh penurunan belanja masyarakat akibat daya beli berkurang. Dampak lanjutannya akan menekan dunia usaha dan penurunan penerimaan yang kelak kembali menekan penerimaan pajak. 

Stimulus atau Austerity

Perdebatan dalam kebijakan austerity (pengetatan anggaran) dan kebijakan stimulus (pelonggaran anggaran) tidak akan tuntas karena masing-masing akan mempertahankan pendapat sesuai mahzab perekonomian yang dianut. Jika kemudian perdebatan tidak tuntas, maka contoh dan implikasi kebijakan austerity yang sudah terjadi adalah Venezuela, Yunani (Greece), Mesir (Egypt).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun