Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Keliru Paham Seputar Rating dan Peringkat

3 Juni 2016   22:18 Diperbarui: 4 Juni 2016   12:11 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logistic Infrastructure : http://www.intelligenthq.com/innovation-management/how-the-internet-of-things-changes-business-models/

Salah satu indikator yang digunakan dalam pertimbangan investasi adalah Credit Rating (Peringkat Pinjaman). Dari Bank Indonesia informasi tersebut ditampilkan dengan merujuk pada hasil penilaian dari perusahaan pemeringkat, seperti ditampilkan pada Peraga-1.

Peraga-1 : Credit Rating Sovereign Indonesia

Sumber Informasi : http://www.bi.go.id/en/iru/market-data/indonesian-sovereign-rating/Documents/Indonesia%20Sovereign%20Rating%20Position%20-%20Feb%202016.pdf
Sumber Informasi : http://www.bi.go.id/en/iru/market-data/indonesian-sovereign-rating/Documents/Indonesia%20Sovereign%20Rating%20Position%20-%20Feb%202016.pdf
Sumber Informasi : Bank Indonesia - Indonesia Sovereign Rating

Makna dari peringkat tersebut dapat dilihat pada Peraga-2.

Peraga-2 : Credit Rating Definition

credit-rating-definition-57516cefd47e612a1db3f8c0.png
credit-rating-definition-57516cefd47e612a1db3f8c0.png
Sumber Informasi : Credit Rating Definition

Dari Peraga-1, posisi paling mutakhir adalah : BB+ (Standard & Poor Global Rating); Baaa (Moody's); BBB-(Fitch), dan BBB- (Japan Credit Rating Agency; merujuk pada Peraga-2, posisi Indonesia untuk tujuan investasi adalah Lower Medium Grade. 

World Bank (Doing Business) beberapa waktu lalu menerbitkan peringkat "Ease of Doing Business" (EoDB) dan menempatkan Indonesia pada peringkat-109; dan posisi beberapa negara lain seperti Malaysia (18), Thailand (49 ), Vietnam (90), Phillipine (103); sedangkan India pada peringkat 130 dan China pada posisi 84, serta Singapore pada peringkat tertinggi.

Pengukuran peringkat EoDB berdasarkan indikator seperti diberikan Peraga-3.

Peraga-3 : Indikator Ease of Doing Business

indonesia-eodb-5751757fc823bda909ce1263.jpg
indonesia-eodb-5751757fc823bda909ce1263.jpg
Sumber Informasi : World Bank - Doing Business

Sepintas belum banyak perbaikan atau perubahan pada faktor-faktor EoDB.

Merujuk pada World Economic Forum, Country Competitiveness Report (2015-2016), Indonesia berada pada peringkat 37, di bawah Thailand (34), Malaysia (18), Singapore (2), China (28); tetapi lebih baik daripada Phillipine (47), Vietnam (56), dan India (55).

Bagaimana dengan kondisi infrastruktur dan logistik yang sering digunakan sebagai indikator keunggulan komparatif ?

Berdasarkan peringkat "Quality of Overall Infrastructure" yang diterbitkan World Economic Forum, indonesia berada pada posisi 82, sementara posisi Singapore : 22, Malaysia : 23, Thailand : 47, Phillipine : 113, Vietnam : 123, sedangkan China : 69, dan India : 86.

Untuk kinerja logistik (Logistic Performance Index), berdasarkan peringkat World Bank, Indonesia berada pada posisi 53, sedangkan Singapore : 5, Malaysia : 25, Thailand : 35, Phillipine : 57, Vietnam : 48, sedangkan China : 28, dan India : 54.

Rangkuman rating dan peringkat dan aliran masuk investasi diberikan pada Peraga-4.

Peraga-4 : Rating, Peringkat dan Aliran Masuk Investasi

Rating and Investment - Prepared by Arnold M
Rating and Investment - Prepared by Arnold M
Sumber Informasi Peraga-4 : Trading Economics : Credit Rating; World Bank : Ease of Doing Business; World Economic Forum : Competitiveness Rankings; World Economic Forum : Quality of Overall Infrastructure; World Bank : Logistic Performance Index; UNCTAD : World Investment Report 2015.

Peraga-4 menunjukkan tiga negara teratas berdasarkan tingkat pertumbuhan "Inflow Investment" adalah Phillipine, India, dan Indonesia. Sementara jika melihat peringkat kredit, Ease of Doing Business, Competitiveness, Kualitas Infrastruktur, dan Kinerja Logistik, ketiga negara tersebut bukan pada posisi yang lebih baik daripada Malaysia, Singapore, China, Vietnam, dan Thailand. Fakta ini menunjukkan bahwa rating dan peringkat yang disebutkan bukan menjadi pertimbangan utama dalam berinvestasi. 

Pemahaman demikian bukan untuk mengatakan bahwa kondisi infrastruktur, kinerja logistik, faktor Ease of Doing Business, Competitiveness, dan Credit Rating tidak penting. Tetapi sebaliknya, investasi diutamakan pada pembangunan dan peningkatan infrastruktur demi meningkatkan keunggulan (Country Comparativeness); yang selanjutnya akan mengundang lebih banyak aliran masuk investasi. 

Dalam hal aliran masuk investasi dari luar masih tersendat, inisiatif dan peran pemerintah menjadi utama melalui ekspansi anggaran (fiscal expansion) dalam investasi infrastruktur. Strategi ini selaras dengan Generally Accepted Principle dalam Kebijakan Stimulus.

Arnold Mamesah - 3 Juni 2016

Masyarakat Infrastruktur Indonesia - Laskar Initiatives

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun