Sepintas belum banyak perbaikan atau perubahan pada faktor-faktor EoDB.
Merujuk pada World Economic Forum, Country Competitiveness Report (2015-2016), Indonesia berada pada peringkat 37, di bawah Thailand (34), Malaysia (18), Singapore (2), China (28); tetapi lebih baik daripada Phillipine (47), Vietnam (56), dan India (55).
Bagaimana dengan kondisi infrastruktur dan logistik yang sering digunakan sebagai indikator keunggulan komparatif ?
Berdasarkan peringkat "Quality of Overall Infrastructure" yang diterbitkan World Economic Forum, indonesia berada pada posisi 82, sementara posisi Singapore : 22, Malaysia : 23, Thailand : 47, Phillipine : 113, Vietnam : 123, sedangkan China : 69, dan India : 86.
Untuk kinerja logistik (Logistic Performance Index), berdasarkan peringkat World Bank, Indonesia berada pada posisi 53, sedangkan Singapore : 5, Malaysia : 25, Thailand : 35, Phillipine : 57, Vietnam : 48, sedangkan China : 28, dan India : 54.
Rangkuman rating dan peringkat dan aliran masuk investasi diberikan pada Peraga-4.
Peraga-4 : Rating, Peringkat dan Aliran Masuk Investasi
Peraga-4 menunjukkan tiga negara teratas berdasarkan tingkat pertumbuhan "Inflow Investment" adalah Phillipine, India, dan Indonesia. Sementara jika melihat peringkat kredit, Ease of Doing Business, Competitiveness, Kualitas Infrastruktur, dan Kinerja Logistik, ketiga negara tersebut bukan pada posisi yang lebih baik daripada Malaysia, Singapore, China, Vietnam, dan Thailand. Fakta ini menunjukkan bahwa rating dan peringkat yang disebutkan bukan menjadi pertimbangan utama dalam berinvestasi.Â
Pemahaman demikian bukan untuk mengatakan bahwa kondisi infrastruktur, kinerja logistik, faktor Ease of Doing Business, Competitiveness, dan Credit Rating tidak penting. Tetapi sebaliknya, investasi diutamakan pada pembangunan dan peningkatan infrastruktur demi meningkatkan keunggulan (Country Comparativeness); yang selanjutnya akan mengundang lebih banyak aliran masuk investasi.Â
Dalam hal aliran masuk investasi dari luar masih tersendat, inisiatif dan peran pemerintah menjadi utama melalui ekspansi anggaran (fiscal expansion) dalam investasi infrastruktur. Strategi ini selaras dengan Generally Accepted Principle dalam Kebijakan Stimulus.