Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menunda Adalah Ancaman Mesin Perekonomian

9 Mei 2016   13:41 Diperbarui: 9 Mei 2016   20:38 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Engine of EconomicsGejolak Global

Angka deflasi sebesar minus 0,45 prosen yang terjadi pada masa April 2016 diberi "tagline" terendah sejak 2000. Sementara trend inflasi minus dalam jangka panjang atau disebut deflasi, juga terjadi dalam pasar global khususnya pada produk komoditas dan energi.

Dengan inflasi negatif dan trend inflasi yang turun, pemerintah tetap mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia (Produk Domestik Bruto) 2016 pada angka 5,3%. Pemerintah tetap optimis dan berupaya mencapai tingkat pertumbuhan tersebut dengan berpegang pada strategi stimulus perekonomian yang berdampak pada defisit anggaran dan peningkatan utang.

Sementara dengan kondisi yang mengarah pada spiral deflasi (terus turun), IMF dan World Bank menurunkan prediksi pertumbuhan global pada kisaran 3% (2,9%-3,1%). Salah satu ancaman global yang dicemaskan IMF dan World Bank adalah peningkatan utang publik yang dapat menimbulkan krisis keuangan dengan dampak tularannya (Contagion Effect) seperti terjadi di area South East Asia Region 1997-1998 (Di Indonesia disebut : Krismon 1998).

Beberapa masalah global digambarkan pada Peraga-1 berikut ini.

global-issue-phenomena-573014eccf7e6152051460a9.jpg
global-issue-phenomena-573014eccf7e6152051460a9.jpg
Global IssuesSumber Informasi :

1. IMF - World Economic Outlook (April 2016)  

2. World Economic Forum (Deepening Inequality)

Penurunan pertumbuhan global tidak dapat segera dipulihkan dengan kebijakan "mencurahkan dana murah" seperti yang  dilakukan The Fed US pasca Krisis Keuangan 2007-2008, Jepang, dan Europe Area (European Central Bank Assets Purchase Program). Bersama dengan kebijakan "Zero Lower Bond" atau Negative Interest Rate yang diberlakukan telah menyebabkan curahan dana murah (Glut of Fund). Belajar dari pengalaman Quantitative Easing The Feb sejak 2010, dana murah (low interest rate) yang mengalir ke negara-negara "Emerging Markets & Developing Economies" (termasuk Indonesia) melalui "short term loan" telah menimbulkan gejolak nilai tukar sejak diumumkan normalisasi pada 2013.

Dalam perekonomian yang tertekan, pilihan "Pengetatan Anggaran" (Austerity) terbukti telah menimbulkan dampak yang parah seperti dialami perekonomian Yunani dan negara-negara di Amerikan Latin. Sementara Stimulus Anggaran yang berdampak peningkatan defisit fiskal, akan selalu berhadapan dengan retorika "Anti Utang" atau histeria ledakan utang yang merampok masa depan. Sementara pertumbuhan perekonomian global bergejolak, kesenjangan (gap) dan ketidaksetaraan (Inequality) makin membesar yang rawan gejolak politik serta perebutan kekuasaan serta berujung pada memburuknya perekonomian akibat  "capital flight" (pelarian modal). 

Memang tidak mudah untuk memahami logika dan implikasi perekonomian yang sangat rentan dipengaruhi dengan politik serta ambisi kekuasaan yang dibungkus dengan tajuk "memperjuangkan nasib rakyat".

Fokus Domestik dan Inisiatif Pemerintah

Trend inflasi dan nilai tukar mata uang Rupiah (IDR) terhadap Dolar Amerika diberikan pada Peraga-2.

inflasi-dan-kurs-tukar-57302594379773fa061470cf.jpg
inflasi-dan-kurs-tukar-57302594379773fa061470cf.jpg
Trend Inflasi dan Kurs Tukar Dengan trend inflasi yang turun juga nilai tukar IDR-USD yang mengalami apresiasi, kondisi perekonomian memberikan tanda positif untuk bergerak lebih cepat dan agresif agar mendorong pertumbuhan.

Melalui ekspansi investasi, selain menjanjikan pertumbuhan pada masa depan juga akan mendorong permintaan (demand) yang berimplikasi peningkatan produksi barang konsumsi. Ekspansi non pemerintah diharapkan melalui "Inward Direct Investment" (IDI sebutan lain dari Foreign Direct Investment) dan swasta (private). Sektor swasta masih terbelit dengan tekanan Resesi Neraca (akibat beban utang dan depresiasi kurs tukar pada masa lalu). Berharap banyak pada Inward Investment memang pilihan ideal; tapi survei menunjukkan untuk regional South East Asia Indonesia merupakan pilihan dengan peringkat tertinggi. (Lihat Peraga-3).

tnc-prospectives-57302a08379773bb05147118.jpg
tnc-prospectives-57302a08379773bb05147118.jpg
Survey Prospectives InvestmentSumber Informasi : UNCTAD World Investment Prospects Survey 2014-2016

Dari Peraga-3, peringkat Indonesia (#3) berada di atas India, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapore. Dalam kondisi ketidakpastian dan gejolak global, investor masih ragu berinvestasi di Indonesia. Dengan kondisi demikian, inisiatif harus diambil alih pemerintah melalui kebijakan defisit anggaran yang lebih agresif berdampak peningkatan utang. 

Situasi atau pengharapan yang muncul dalam beberapa bulan terakhir adalah Repatriasi Dana (milik WNI) yang konon masih ditempatkan di luar negeri. Insentif melalui kebijkan Tax Amnesty ditawarkan kepada para pemilik dana tersebut agar memindahkan dana ke perbankan domestik. Upaya ini boleh saja tetapi jika mengingat modus pengelolaan dana investasi global dan imbalan investasi di Indonesia baik berupa Surat Utang Negara dan pasar saham serta investasi sektor riel, kuat dugaan bahwa dana-dana milik WNI tersebut telah diinvestasikan di Indonesia. Sehingga Tax Amnesty tidak membawa peningkatan investasi pada sektor produksi dan infrastruktur.

Dari pada menunda dan berharap tanpa kepastian, inisiatif pemerintah dalam berinvestasi, khususnya sektor infrastruktur merupakan skenario utama episode peningkatan pertumbuhan perekonomian; sedangkan lainnya anggap saja sebagai "Windfall".

Arnold Mamesah - Laskar Innitiatives

9 Mei 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun