Fokus Domestik dan Inisiatif Pemerintah
Trend inflasi dan nilai tukar mata uang Rupiah (IDR) terhadap Dolar Amerika diberikan pada Peraga-2.
Melalui ekspansi investasi, selain menjanjikan pertumbuhan pada masa depan juga akan mendorong permintaan (demand) yang berimplikasi peningkatan produksi barang konsumsi. Ekspansi non pemerintah diharapkan melalui "Inward Direct Investment" (IDI sebutan lain dari Foreign Direct Investment) dan swasta (private). Sektor swasta masih terbelit dengan tekanan Resesi Neraca (akibat beban utang dan depresiasi kurs tukar pada masa lalu). Berharap banyak pada Inward Investment memang pilihan ideal; tapi survei menunjukkan untuk regional South East Asia Indonesia merupakan pilihan dengan peringkat tertinggi. (Lihat Peraga-3).
Dari Peraga-3, peringkat Indonesia (#3) berada di atas India, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapore. Dalam kondisi ketidakpastian dan gejolak global, investor masih ragu berinvestasi di Indonesia. Dengan kondisi demikian, inisiatif harus diambil alih pemerintah melalui kebijakan defisit anggaran yang lebih agresif berdampak peningkatan utang.Â
Situasi atau pengharapan yang muncul dalam beberapa bulan terakhir adalah Repatriasi Dana (milik WNI) yang konon masih ditempatkan di luar negeri. Insentif melalui kebijkan Tax Amnesty ditawarkan kepada para pemilik dana tersebut agar memindahkan dana ke perbankan domestik. Upaya ini boleh saja tetapi jika mengingat modus pengelolaan dana investasi global dan imbalan investasi di Indonesia baik berupa Surat Utang Negara dan pasar saham serta investasi sektor riel, kuat dugaan bahwa dana-dana milik WNI tersebut telah diinvestasikan di Indonesia. Sehingga Tax Amnesty tidak membawa peningkatan investasi pada sektor produksi dan infrastruktur.
Dari pada menunda dan berharap tanpa kepastian, inisiatif pemerintah dalam berinvestasi, khususnya sektor infrastruktur merupakan skenario utama episode peningkatan pertumbuhan perekonomian; sedangkan lainnya anggap saja sebagai "Windfall".
Arnold Mamesah - Laskar Innitiatives
9 Mei 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H