Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menunda Adalah Ancaman Mesin Perekonomian

9 Mei 2016   13:41 Diperbarui: 9 Mei 2016   20:38 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fokus Domestik dan Inisiatif Pemerintah

Trend inflasi dan nilai tukar mata uang Rupiah (IDR) terhadap Dolar Amerika diberikan pada Peraga-2.

inflasi-dan-kurs-tukar-57302594379773fa061470cf.jpg
inflasi-dan-kurs-tukar-57302594379773fa061470cf.jpg
Trend Inflasi dan Kurs Tukar Dengan trend inflasi yang turun juga nilai tukar IDR-USD yang mengalami apresiasi, kondisi perekonomian memberikan tanda positif untuk bergerak lebih cepat dan agresif agar mendorong pertumbuhan.

Melalui ekspansi investasi, selain menjanjikan pertumbuhan pada masa depan juga akan mendorong permintaan (demand) yang berimplikasi peningkatan produksi barang konsumsi. Ekspansi non pemerintah diharapkan melalui "Inward Direct Investment" (IDI sebutan lain dari Foreign Direct Investment) dan swasta (private). Sektor swasta masih terbelit dengan tekanan Resesi Neraca (akibat beban utang dan depresiasi kurs tukar pada masa lalu). Berharap banyak pada Inward Investment memang pilihan ideal; tapi survei menunjukkan untuk regional South East Asia Indonesia merupakan pilihan dengan peringkat tertinggi. (Lihat Peraga-3).

tnc-prospectives-57302a08379773bb05147118.jpg
tnc-prospectives-57302a08379773bb05147118.jpg
Survey Prospectives InvestmentSumber Informasi : UNCTAD World Investment Prospects Survey 2014-2016

Dari Peraga-3, peringkat Indonesia (#3) berada di atas India, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapore. Dalam kondisi ketidakpastian dan gejolak global, investor masih ragu berinvestasi di Indonesia. Dengan kondisi demikian, inisiatif harus diambil alih pemerintah melalui kebijakan defisit anggaran yang lebih agresif berdampak peningkatan utang. 

Situasi atau pengharapan yang muncul dalam beberapa bulan terakhir adalah Repatriasi Dana (milik WNI) yang konon masih ditempatkan di luar negeri. Insentif melalui kebijkan Tax Amnesty ditawarkan kepada para pemilik dana tersebut agar memindahkan dana ke perbankan domestik. Upaya ini boleh saja tetapi jika mengingat modus pengelolaan dana investasi global dan imbalan investasi di Indonesia baik berupa Surat Utang Negara dan pasar saham serta investasi sektor riel, kuat dugaan bahwa dana-dana milik WNI tersebut telah diinvestasikan di Indonesia. Sehingga Tax Amnesty tidak membawa peningkatan investasi pada sektor produksi dan infrastruktur.

Dari pada menunda dan berharap tanpa kepastian, inisiatif pemerintah dalam berinvestasi, khususnya sektor infrastruktur merupakan skenario utama episode peningkatan pertumbuhan perekonomian; sedangkan lainnya anggap saja sebagai "Windfall".

Arnold Mamesah - Laskar Innitiatives

9 Mei 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun