Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bahana Rupiah

27 Maret 2016   08:28 Diperbarui: 27 Maret 2016   09:20 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber Informasi : BKPM Realisasi Penanaman Modal (http://www.bkpm.go.id)"]

[/caption]Dengan demikian, penguatan Rupiah (terutama terhadap Dolar Amerika atau USD) terjadi akibat aliran masuk dana investasi portofolio (FPI : Foregin Portfolio Investment) pada pasar uang dan pasar modal. 

Perlu juga dicermati posisi Utang Eksternal dan Cadangan Devisa yang diberikan pada Grafik-6.

Grafik-6 : Posisi Utang Jangka Pendek dan Cadangan Devisa

[caption caption="Prepared by Arnold M. Sumber Informasi : Bank Indonesia - SULNI dan Indikator Moneter"]

[/caption]Posisi utang eksternal yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun, pada akhir Januari 2016 berjumlah USD 53,4 Miliar dan sebesar USD 46,6 Miliar merupakan utang private. Kondisi ini menyebabkan peningkatan kebutuhan akan valuta asing pada setiap akhir triwulan yang menimbulkan tekanan dan gejolak nilai tukar.

Posisi cadangan devisa pada akhir Januari 2016, komposisinya diberikan pada Tabel-7.

Tabel-7 : Komposisi Cadangan Devisa

[caption caption="Prepared by Arnold M.Sumber Informasi : Bank Indonesia - SDDS (http://www.bi.go.id/)"]

[/caption]Berdasarkan Tabel-7, dari jumlah cadangan yang dimiliki, 94% (USD 96.152 Miliar) dalam bentuk devisa; dan dari jumlah tersebut cadangan yang mudah digunakan (atau liquid) besarnya USD 9.725 Miliar (10%). Cadangan dalam bentuk emas hanya 3% dari keseluruhan cadangan (Hal ini perlu dipahami karena sering terjadi sesat informasi tentang nilai cadangan emas). Dalam kelola cadangan, Bank Indonesia perlu mengkaji portofolio investasi (90% non lokal) dengan menambah komposisi lokal. Sehingga lebih cepat tanggap dalam menghadapi gejolak.

Bukan Perkasa Tapi Stabilitas

Dalam kondisi ekonomi Tripolar dan global yang masih tertekan pertumbuhannya, bergantung pada ekspor bukan pilihan tepat. Juga tidak dapat berharap pada aliran investasi jangka panjang dalam kondisi keuangan global sarat limpahan dana kebijakan Quantitative Easing yang bersifat "short term". Sehingga fokus pada pasar domestik menjadi pilihan utama.

Paham akan faktor penguatan Rupiah, tekanan akibat posisi utang jangka pendek yang akan jatuh tempo, memperhatikan besarnya kepemilikan "non-lokal" pada surat utang dan pasar saham, serta frekuensi gejolak pada nilai tukar, selayaknya jumlah cadangan "liquid" diperbesar agar dapat cepat digunakan meredakan gejolak spekulasi demi stabilitas nilai tukar. 

Jangan terpesona dengan bahana Rupiah karena yang diperlukan stabilitas jangka panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun