[caption caption="Prepared by Arnold M"]
Sumber Informasi : List of countries by GDP (nominal)
Perdagangan Global Suram
Kondisi perdagangan global dapat dilihat dari 3(tiga) pemain utama yaitu European Union, China, dan US. Dalam masa Januari 2016, European Union mencatat penurunan ekspor 7,9% dan impor 6,5%; China mencatat penurunan ekspor 11,2% dan impor 8,8%; USA ekspor turun 2,1% dan impor turun 1,3%. Ketiga pemain utama ini mewakili 63% pasar global (Gambaran Trade Global 2014 diberikan pada Grafik-3).
Grafik-3 : Global Trade 2014
[caption caption="Prepared by Arnold M"]
Sumber Informasi : World Trade Organization; USA - NA : USA dan North America yang mencakup Canada dan Mexico; Other AsPac (Asia Pacific) mencakup Jepang, Korea Selatan, India, Australia & New Zealand; South & LA mencakup South & Latin America dan Carribean; Asean-6 mencakup Singapore, Thailand, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Phillipine; Europe Non EU mencakup negara-negara Eropa di luar European Union.
Dari Grafik-3 dan dengan memperhatikan penurunan harga komoditas dan energi sepanjang 2015, kondisi defisit terjadi di area South & Latin America, Middle East, Africa, dan beberapa negara Asia; seperti juga North America; China masih surplus, sedangkan area lainnya pada kisaran "balance".
Ekspor Januari 2016 di tiga area utama (European Union, China, USA) nilainya turun sekitar USD 72 Miliar (atau global hampir USD 120 Miliar, dengan menggunakan nilai perdagangan global 2014). Jika kondisi penurunan ini tidak berubah, diprakiran selama 2016 akan terjadi penurunan perdagangan global sekitar USD 1,5 - 2 Triliun (atau 10% dari total nilai ekspor global)
Godaan dan AncamanÂ
Kucuran dana program APP ECB, QE The Fed, "capital outflow" China ditambah dengan susutnya nilai perdagangan barang dan jasa global, menimbulkan limpahan dana (Glut of Fund) pada pasar finansial. Dana tersebut menghampiri pasar finansial Indonesia, untuk berbiak dan mendapatkan imbalan, dalam bentuk investasi portofolio (Foreign Portfolio Investment); atau tawaran pinjaman yang umumnya berjangka waktu pendek dengan godaan suku bunga rendah. Aliran dana ini menyebabkan apresiasi pada nilai tukar Rupiah (IDR) terhadap mata uang asing (terutama USD); serta menaikkan indeks harga saham gabungan pada Bursa Saham Indonesia.