Dalam artikel "Utang Bukan Beban Tetapi Investasi Harus!", solusi masalah utang dilakukan dengan cara menambah utang (More Debt Will Fix Debt Problem). Korporasi akan berinisiatif dan berupaya menambah utang apabila terbuka peluang sejalan dengan meningkatnya kegiatan proyek pemerintah; terutama dalam bidang infrastruktur, yang memang merupakan stimulus utama perekonomian. Dengan bertambahnya permintaan pinjaman korporasi kepada perbankan, akan mengalirkan dana simpanan (dana pihak ketiga) yang ada pada perbankan dan selanjutnya menambah pendapatan perbankan (sementara pada sisi lain mengurangi beban pembayaran bunga). Dengan bertumbuhnya kegiatan korporasi dan investasi, lapangan kerja bertambah dan meningkatkan pendapatan pekerja serta selanjutnya meningkatkan permintaan. Peningkatan permintaan ini akan mendorong pertumbuhan usaha korporasi.
Bagaimana dengan permasalahan neraca? Grafik-1 menunjukkan bahwa pasca Desember 2015 nilai tukar IDR terhadap USD mengalami apresiasi sejalan dengan meningkatnya kegiatan usaha dan aliran modal masuk; sehingga beban kewajiban akan turun secara berkelanjutan.
Bagaimana dengan suku bunga? Suku bunga tidak lebih penting dari investasi demi pertumbuhan usaha; investasi akan menyerap tenaga kerja dan memperluas lapangan pekerjaan serta mendorong permintaan; untuk kemudian tentunya meningkatkan pertumbuhan korporasi. Dunia usaha tidak ingin kehilangan kesempatan atau peluang mendapatkan keuntungan hanya karena "selisih kecil" pada suku bunga. Peningkatan kegiatan proyek pemerintah adalah stimulus yang menarik minat dunia usaha khususnya korporasi sehingga selisih (kecil) suku bunga bukan masalah alias dapat diabaikan.Â
Lantas mana yang lebih penting, Suku Bunga atau Stimulus?
Â
Arnold Mamesah - Laskar Initiatives
2 Maret 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H