Ada hikmat atau kearifan yang berbunyi : "Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa yang senantiasa melihat awan tidak akan menuai".
Kondisi perekonomian global dalam gejolak dan tekanan pertumbuhan ekonomi dengan fenomena "Deflationary Spiral" yang terjadi pada komoditas termasuk energi, jebakan utang yang mendera perekonomian "developing & emerging countries" dengan variasi "capital flow", kondisi Strong USD yang menyebabkan gejolak nilai tukar pada sebagian besar mata uang dunia, tekanan pertumbuhan pada negara besar misalnya China, European Union, Rusia, Brazil, Arab Saudi, (hampir pada semua negara penghasil minyak), dan USA sendiri yang terkena tularan akibat tekanan pada produk ekspor. (Kajian kondisi global sudah dibahas dalam beberapa artikel sebelumnya antara lain : Volatility, Vulnerability, dan Viability Perekonomian Indonesia, Modal Tinggalkan China Pindah ke Indonesia, Ancaman Kecoa Perekonomian Indonesia, Wabah Global Akibat Kebijakan Bank Sentral). Dalam perekonomian bergejolak, apakah lalu memutuskan "tidak akan menabur" atau berinvestasi ? Yang pasti, tanpa menabur benih jangan berharap akan menuai atau mendapatkan imbalan (Retun).
Kondisi yang perlu menjadi perhatian adalah pertumbuhan investasi seperti digambarkan pada Grafik-4 ini.
Grafik-4 :Â Pertumbuhan Utang untuk Investasi
Dari Grafik-4, pertumbuhan investasi dengan dukungan utang pada 2014 dan 2015, dibandingkan tahun sebelumnya, menunjukkan penurunan drastis; bahkan pada 2015 pertumbuhannya hanya 1,1%.Â
Grafik-5, menggambarkan pertumbuhan kredit investasi dana mata uang Rupiah perbankan nasional pada 2(dua) tahun terakhir.
Tabel-5 : Pertumbuhan Kredit Investasi Perbankan Nasional
[caption caption="Prepared by Arnold"]
Dari Grafik-5, pertumbuhan tahunan kredit investasi cenderung menurun dan baru terlihat ada perubahan pada triwulan-IV 2015, yang diprakirakan sebagai bangkitnya minat dunia usaha untuk berinvestasi.
Memang dalam situasi tekanan depresiasi nilai tukar Rupiah (IDR) terhadap Dolar Amerika (USD), pinjaman cenderung dihindari dan lebih memilih untuk mengumpulkan dana serta menabung agar kemudian dapat mengurangi beban utang. (Gejala ini disebut sebagai : Balance Sheet Recession dan sudah dijelaskan pada artikel : Bencana Utang dan Intervensi). Dengan penurunan drastis dalam kegiatan investasi, maka mengharapkan tuaian berupa peningkatan pertumbuhan ekonomi bak memandang awan dan (mungkin) mengharapkan curahan air hujan yang jatuh dari langit.