Table Government Bond Yield
1. Saham bergejolak (volatile) dan trend-nya turun yang artinya kinerja korporasi diprakirakan menurun
2. Nilai tukar terhadap USD cenderung stabil kecuali Renminbi China (CNY) yang "sengaja" didevaluasi; dan USD tetap "Strong"
3. Yield Bond rendah dan tidak menarik untuk instrumen investasi kecuali yang beresiko tinggi (Greece)
Dalam kondisi demikian, para pengelola asset (finansial) akan berusaha mencari celah dan kesempatan mendapatkan "gain"; tetapi pada kenyataannya yang didapat sebaliknya alias "loss". Pengelola asset yang mengalami loss perilakunya cenderung akan mengarah pada spekulasi untuk mendapatkan "gain" besar sebagai pemulihan. Kondisi akibat loss akan membuat tindakan menjadi irasional.Â
Indikasi "Leading" dan "Lagging"
Indeks saham dianggap sebagai suatu "leading indicator" yang memberikan signal akan masa depan terhadap kondisi dunia usaha. Sementara nilai tukar sebagai lagging indicator yang merepresentasikan kondisi yang telah terjadi khususnya berkaitan dengan transaksi eksternal (misalnya perdagangan global dengan kondisi neraca perdagangan surplus atau defisit dan neraca pembayaran atau balance of payment). Government bond secara tidak langsung mengindikasikan kepercayaan pada pemerintah khususnya dalam mengelola (defisit) anggaran.
Indeks saham Bursa Indonesia walaupun fluktuatif tetapi trend-nya naik; nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika mengalami apresiasi; sementara dari hasil lelang SUN (Surat Utang Negara), kebutuhan IDR 14 Triliun tetapi penawaran yang masuk jumlahnya IDR 25 Triliun sehingga mengalami kelebihan pemesanan (oversubscribed).
Sepertinya Black X-Day tidak dalam "jadual" untuk hadir di Indonesia.
Â