Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Modal Tinggalkan China Pindah ke Indonesia

11 Februari 2016   12:31 Diperbarui: 11 Februari 2016   17:11 3490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="thedailystar.net"]
[/caption]Kondisi Global

Dalam World Economic Outlook yang diterbitkan pada 19 Januari 2016, IMF (International Monetary Fund) memberikan prakiraan bahwa pertumbuhan ekonomi global 2016 hanya akan berada pada 3,4%. Trend Deflasi global terus berlanjut dengan penurunan indeks harga komoditas non energi dan energi seperti pada Grafik-1.

Grafik-1 : Trend Indeks Komoditas Global

Sumber Informasi : IMF Primary Commodity Prices

Dalam kondisi harga komoditas yang terus turun, sisi permintaan (demand) produk juga akan turun; khususnya permintaan dari negara yang mengandalkan penerimaan dari komoditas dan energi. Penurunan permintaan selanjutnya berdampak pada pendapatan negara maju dan produsen.

Sementara fenomena Strong USD (Mata Uang Dolar Amerika Kuat terhadap mata uang negara mitra dagang US) terus berlangsung hingga awal Februari 2016 seperti digambarkan pada Grafik-2.

Grafik-2 : Trend Indeks Nilai Tukar USD

Sumber Informasi : US Fed - St. Louis Economic Research. Yang termasuk "Major Currencies" antara lain : Euro, GBP (Pound Sterling), Yen Jepang, Renminbi CNY China, Dolar Kanada, Dolar Australia; sedangkan mata uang lain masuk dalam "Broad".

Dengan trend USD yang masih terus menguat, perang antar mata uang (Currency Wars) termasuk devaluasi mata uang diprakirakan masih akan terus berlangsung sebagai strategi bersaing dalam pasar global. Sementara produk US terus berada dalam tekanan dan berdampak pada kinerja korporasi US.

Fenomena China

Apa yang terjadi dengan perekonomian China ?

Dalam Grafik-3 diberikan neraca perdangangan global selama 2015

Grafik-3 : Neraca Perdagangan China 2015

Sumber Informasi : China National Bureau of Statistics

Posisi cadangan devisa China diberikan pada Grafik-4.

Grafik-4 : Posisi Cadangan Devisa China

Sumber Informasi : China National Bureau of Statistics

Dari Grafik-3 dan Grafik-4 memberikan pemahaman berikut :

1. Sepanjang 2015, perdagangan China surplus sebesar USD 602 Miliar dengan nilai ekspor dan impor bulanan fluktuatif.

2. Posisi cadangan akhir Januari 2016 USD 3.231 Miliar dan posisi tahun sebelumnya USD 3.813 Miliar; terjadi penurunan sebesar USD 582 Miliar atau 15,3%. Trend penurunan cadangan ini terjadi sejak Juni 2014 walaupun neraca perdagangan selalu surplus.

3. Investasi langsung non finansial China atau Outbound Direct Investment (ODI) dalam masa Januari - November 2015 nilainya USD 104,13 Miliar (prakiraan selama 2015 sebesar USD 115 Miliar).

4. Dengan memperhatikan butir 1, 2, dan 3 di atas, ada "penggunaan lain" sekitar USD 1.070 Miliar. 

Investasi Outbound, Domestik dan Aliran Modal

Dari cadangan devisa China sejumlah USD 3,2 Triliun, sekitar 50% diprakirakan diinvestasikan dalam "US Treasury Securities" melalui pengelolaan langsung pemerintah China atau lembaga investasi yang berada di kawasan Karibea (Cayman Islands, Virgin Islands, Bermuda), Belgia, atau Switzerland (lihat : MAJOR FOREIGN HOLDERS OF TREASURY SECURITIES). Untuk kawasan Asia, Singapore merupakan tujuan investasi finansial China.

Sementara untuk investasi non finansial, dilakukan melalui SOE (State Owned Enterprise) China di bawah kendali SASAC (State-owned Assets Supervision and Administration Commission) dengan dukungan China Development Bank dan Exim Bank of China. China juga menjadi sponsor pembentukan New Development Bank untuk lingkup BRICS dan AIIB (Asian Infrastructure Investment Bank) untuk mendukung pembangunan infrastruktur kawasan Asia sejalan dengan strategi One Belt One Road. Tujuan investasi non finansial China sebagian besar (68% - 2013) di kawasan Asia.

Ptujuan investasi Transnational Companies (TNC) di kawasan Asia, China berada pada urutan teratas diikuti Indonesia dan India (lihat Tabel-5).

Tabel-5 : Tujuan Investasi Transnational Companies (TNC)

Sumber Informasi : UNCTAD Report

Perekonomian China sedang bertransformasi untuk meningkatkan porsi konsumsi dalam PDB (Produk Domestik Bruto) yang saat ini besarannya 36,5% (bandingkan dengan Indonesia yang mencapai 56,6% - Lihat Laporan World Bank); investasi infrastruktur dan industri merupakan porsi terbesar dalam PDB China. Masyarakat China lebih cenderung memilih tabungan (saving) daripada belanja (spending). Akibatnya pertumbuhan perekonomian China bergejolak dan berada dalam tekanan, trend nya turun sejak 2012 dari 7,7% menjadi 6,9% pada 2015. Indikasi gejolak perekonomian China terlihat pada tekanan indeks bursa saham Shanghai sejak pertengahan 2015 dan trend nilai tukar Renminbi CNY terhadap USD.

Kondisi gejolak dan penurunan pertumbuhan ini membuat tidak nyaman bagi para pemilik modal sehingga berupaya menarik dan mengeluarkan modalnya dari China. Hal ini merupakan penjelasan atas berkurangnya cadangan devisa China dan "penggunaan lain" atas dana sebesar USD 1.070 seperti disebut pada bagian atas.

Tabel-5 memberikan panduan bagi pemodal yang keluar dari China dengan Indonesia berada pada urutan paling atas di kawasan Asia. Secara sederhana, dapat dirasakan aliran modal mulai mengalir ke Indonesia dan indikasinya pada nilai tukar Rupiah yang cenderung menguat terhadap USD serta berada di bawah IDR 13.900 (target nilai tukar berdasarkan APBN) untuk USD 1 dalam pekan terakhir ini. (Lihat Grafik-6).

Sumber Informasi : Bank Indonesia - Kalkulator Kurs

Generally Accepted Principle selayaknya menjadi landasan dalam memandang dan mengkaji masalah bukan asumsi atau perilaku ikutan(herding); fakta angka dan grafik "berbicara" untuk mendukung dalam konklusi serta kesimpulan. Sederhana memang !

 

Arnold Mamesah - Laskar Initiatives

11 Februari 2016

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun