Investasi Outbound, Domestik dan Aliran Modal
Dari cadangan devisa China sejumlah USD 3,2 Triliun, sekitar 50% diprakirakan diinvestasikan dalam "US Treasury Securities" melalui pengelolaan langsung pemerintah China atau lembaga investasi yang berada di kawasan Karibea (Cayman Islands, Virgin Islands, Bermuda), Belgia, atau Switzerland (lihat : MAJOR FOREIGN HOLDERS OF TREASURY SECURITIES). Untuk kawasan Asia, Singapore merupakan tujuan investasi finansial China.
Sementara untuk investasi non finansial, dilakukan melalui SOE (State Owned Enterprise) China di bawah kendali SASAC (State-owned Assets Supervision and Administration Commission) dengan dukungan China Development Bank dan Exim Bank of China. China juga menjadi sponsor pembentukan New Development Bank untuk lingkup BRICS dan AIIB (Asian Infrastructure Investment Bank) untuk mendukung pembangunan infrastruktur kawasan Asia sejalan dengan strategi One Belt One Road. Tujuan investasi non finansial China sebagian besar (68% - 2013) di kawasan Asia.
Ptujuan investasi Transnational Companies (TNC) di kawasan Asia, China berada pada urutan teratas diikuti Indonesia dan India (lihat Tabel-5).
Tabel-5 : Tujuan Investasi Transnational Companies (TNC)
Perekonomian China sedang bertransformasi untuk meningkatkan porsi konsumsi dalam PDB (Produk Domestik Bruto) yang saat ini besarannya 36,5% (bandingkan dengan Indonesia yang mencapai 56,6% - Lihat Laporan World Bank); investasi infrastruktur dan industri merupakan porsi terbesar dalam PDB China. Masyarakat China lebih cenderung memilih tabungan (saving) daripada belanja (spending). Akibatnya pertumbuhan perekonomian China bergejolak dan berada dalam tekanan, trend nya turun sejak 2012 dari 7,7% menjadi 6,9% pada 2015. Indikasi gejolak perekonomian China terlihat pada tekanan indeks bursa saham Shanghai sejak pertengahan 2015 dan trend nilai tukar Renminbi CNY terhadap USD.
Kondisi gejolak dan penurunan pertumbuhan ini membuat tidak nyaman bagi para pemilik modal sehingga berupaya menarik dan mengeluarkan modalnya dari China. Hal ini merupakan penjelasan atas berkurangnya cadangan devisa China dan "penggunaan lain" atas dana sebesar USD 1.070 seperti disebut pada bagian atas.
Tabel-5 memberikan panduan bagi pemodal yang keluar dari China dengan Indonesia berada pada urutan paling atas di kawasan Asia. Secara sederhana, dapat dirasakan aliran modal mulai mengalir ke Indonesia dan indikasinya pada nilai tukar Rupiah yang cenderung menguat terhadap USD serta berada di bawah IDR 13.900 (target nilai tukar berdasarkan APBN) untuk USD 1 dalam pekan terakhir ini. (Lihat Grafik-6).
Generally Accepted Principle selayaknya menjadi landasan dalam memandang dan mengkaji masalah bukan asumsi atau perilaku ikutan(herding); fakta angka dan grafik "berbicara" untuk mendukung dalam konklusi serta kesimpulan. Sederhana memang !