Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Defisit Anggaran dan Utang Ternyata Menyehatkan

21 Januari 2016   22:50 Diperbarui: 23 Januari 2016   17:16 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - anggaran (Shutterstock)

Jembatan Pertumbuhan

Perekonomian Indonesia sejak 2012 mengalami penurunan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto), yang berimbas perlambatan dalam pembangunan infrastruktur. Komposisi PDB secara rerata dalam 5 tahun terakhir masing-masing konsumsi masyarakat : 55%-56%, belanja pemerintah (APBN) : 8%-9%, investasi : 33%-35%, dan perdagangangan global (ekspor-impor) pada rentang +/- 2% (surplus atau defisit). Dalam kondisi pasar global tertekan, pasar domestik selayaknya menjadi fokus. Hal ini dilakukan dengan mendorong konsumsi masyarakat; sehingga perlu ketersediaan lapangan kerja yang memberikan pendapatan dan memacu permintaan; yang kemudian mendorong produksi, serta meningkatkan pertumbuhan dunia usaha. 

Infrastruktur sebagai pendukung perekonomian selayaknya tersedia dalam kondisi prima. Gangguan infrastruktur berdampak pada perekonomian, masalah sosial, keamanan, dan menurunkan kinerja. Dalam membangunan infrastruktur, ketersediaan modal merupakan syarat utama yang berimplikasi peningkatan “output”. Dengan kondisi fiskal terbatas, sudah selayaknya tidak mengandalkan dana publik tetapi terbuka untuk partisipasi eksternal dan kemitraan; menggalang dana dari berbagai sumber domestik, dan keberanian serta disiplin dalam tata kelola utang.

Formula Bank Dunia (World Bank) menyarankan bahwa peningkatan investasi insfratruktur sebesar 10% dalam jangka panjang menjanjikan peningkatan PDB 1%. Sementara kajian IMF (International Monetary Fund) menunjukkan bahwa peningkatan belanja infrastruktur berdampak langsung pada output, peningkatan permintaan, dan peningkatan kapasitas dan produktivitas sektor industri dan kelak berimplikasi pada perbaikan Debt to Service (DSR : Rasio Utang terhadap PDB).

Paham akan gejolak global serta peran penting infrastruktur, maka strategi akselerasi pembangunan infrastruktur merupakan jembatan menuju pertumbuhan perekonomian yang berkelanjutan dan langgeng.

Perekonomian dalam Volatilitas Global

Berdasarkan kajian IMF (World Economic Outlook, October 2015), proyeksi pertumbuhan PDB Indonesia dan Global, dengan memasukkan China sebagai pembanding, diberikan pada Grafik-1 di bawah ini.

Sumber : IMF – World Economic Outlook – October 2015 hingga 2020. Untuk proyeksi pertumbuhan 2021-2025 menggunakan pendekatan rerata 5 tahun terakhir. Dari proyeksi tersebut, pertumbuhan PDB Indonesia akan berada di atas rerata pertumbuhan global bahkan jelang 2021 akan dapat melewati China.

Dengan prakiraan untuk 2015 tingkat pertumbuhan PDB sebesar 4,8%, PDB sebesar USD 950 Miliar dan PDB Per Kapita senilai USD 3.500, proyeksi PDB Indonesia hingga 2025 diberikan pada Grafik-2 berikut ini.

Tingkat pertumbuhan yang digunakan dengan skenario "di atas rerata". Berdasarkan proyeksi tersebut, PDB Per Kapita pada 2025 akan menjadi hampir dua kali dibandingkan 2015. 

Anggaran Defisit dan Utang

Pembangunan infrastruktur perlu mengantisipasi transformasi global khususnya pengembangan sektor industri. Pilihan pada infrastruktur prioritas perlu sejalan dengan upaya memantapkan keunggulan komparatif dan mewujudkan sektor industri yang menghasilkan produk andalan. 

Demi memenuhi kebutuhan dana pembangunan infrastruktur, diperlukan terobosan dalam pengelolaan anggaran defisit dan peningkatan rasio utang (DSR). Formula World Bank digunakan untuk peningkatan pertumbuhan PDB dan memperhatikan dampak langsung pada perekonomian seperti hasil kajian IMF.

Dalam model pada Tabel-3 diberikan ilustrasi bagaimana terobosan anggaran anggaran dan utang yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur akan meningkatkan pertumbuhan.

Penjelasan.

1. Pada kolom 2016, PDB diambil dengan prakiraan 2015 dalam USD Miliar dan posisi utang per 31 Desember 2015. Untuk tahun selanjutnya akan mengikuti sesuai PDB tahun sebelumnya (pada butir 3.3).

2. Dalam tahun berjalan, defisit anggaran berdasarkan proyeksi dan untuk tambahan utang baru dikalikan dengan faktor sesuai pada butir 2.2 (dalam contoh utang baru dua kali defisit).

3. Perhitungan Jumlah Utang, berupa penambahan posisi utang pada akhir tahun sebelumnya dan utang baru pada tahun berjalan. Untuk pertumbuhan PDB berdasarkan angka pada Grafik-1 dengan memperhatikan peningkatannya sesuai formula World Bank (PDB akan meningkat 1% jika anggaran infrastruktur ditingkatkan minimum 10% secara berkelanjutan). PDB akhir tahun berupa perhitungan dari PDB tahun sebelumnya dan tingkat pertumbuhan.

4. Penerimaan pajak perlu mendapatkan perhatian dengan target (tax ratio) sesuai angka pada kolom. Untuk pembayaran kewajiban utang digunakan rasio secara rerata sebesar 20% dari penerimaan pajak.  

Gambaran Pertumbuhan PDB, Defisit Anggaran, dan DSR diberikan pada Grafik-4.

Dari Grafik-4 ditunjukkan bahwa dengan defisit anggaran dan utang yang progresif, DSR 2015 yang semula 28% pada 2025 turun menjadi 26% sementara PDB naik sekitar 80%.

Dengan memahami pentingnya infrastruktur dalam perekonomian, terobosan anggaran defisit dan dana melalui skema utang bukan hal yang tabu; tetapi perlu disiplin dalam pengelolaan dan pengendalian.

Tanpa cemas akan gejolak global, lakukan saja terobosan !

 

Arnold Mamesah - Laskar Initiatives

21 Januari 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun