Konsumsi dan Investasi Domestik
Dalam tren pertumbuhan ekonomi global turun, PDB Indonesia Triwulan-III 2015 berada pada 4,73% dan menunjukkan tren naik; neraca perdagangan surplus dengan tren nilai ekspor menurun. Pada sisi lain, walaupun nilai tukar mata uang Rupiah (IDR) mengalami depresiasi terhadap Dolar Amerika (USD), tren inflasi turun. Hal ini menunjukkan konsumsi tidak bergantung pada barang impor, yang tren nilainya juga turun.
Belanja pemerintah melalui APBN diperkirakan mencapai 92% dari target dengan penerimaan pajak hanya akan mencapai 85%; sementara pertumbuhan PDB Triwulan IV 2015 diproyeksikan pada kisaran 4,80-4,85%. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan PDB 2015 bergantung pada faktor konsumsi dan investasi domestik. Secara umum, PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia komponen konsumsi besarnya 58-60%, investasi 35-38%, belanja pemerintah 8-9% sedangkan ekspor atau impor dalam rentang 15 -17%.
Perlu diingat bahwa konsumsi domestik berkaitan dengan daya beli masyarakat yang ditunjang pendapatan tenaga kerja. Sehingga perlu dorongan agar kegiatan dunia usaha terus bertumbuh. Faktor utama pertumbuhan dunia usaha adalah investasi yang butuh dukungan ekspansi kredit perbankan.
Minat Investasi
Dunia usaha akan melakukan investasi apabila menjanjikan imbalan yang berarti. Faktor pemerintah sebagai stimulus kegiatan ekonomi melalui kebijakan fiskal menjadi salah satu pemacu kegiatan ekonomi. Stimulus tersebut perlu dukungan dari kebijakan moneter dalam bentuk “Easy Money” melalui “penurunan berarti” suku bunga acuan bank sentral (BI Rate) yang saat ini besarnya 7,5%. Dengan penurunan BI Rate mendorong perbankan nasional menurunkan suku bunga kredit investasi.
Memang Bank Indonesia menghadapi dilema dalam kebijakan BI Rate terutama menghadapi gejolak nilai tukar yang merupakan imbasan faktor eksternal yaitu Keputusan Kenaikan Fed Rate dan Pertumbuhan Perekonomian China. Tetapi terbukti bahwa gejolak nilai tukar IDR terhadap USD tidak menghalangi pertumbuhan PDB Indonesia.
Gambaran pertumbuhan kredit investasi perbankan sejak 2013 hingga Oktober 2015 diberikan pada Grafik-1.
Grafik-1 : Tren Pertumbuhan Kredit Investasi
Sumber informasi : Bank Indonesia -SEKI Moneter
Sumber Kiri untuk Posisi Kredit (IDR x 10 Miliar) dan Perubahan (Tambah atau Kurang) Bulanan (IDR Miliar); sumbu kanan untuk perubahan (posisi dibandingkan 12 bulan sebelumnya dalam prosen). Rerata suku bunga kredit investasi : 12%.
Dari grafik-1 ditunjukkan bahwa tren pertumbuhan bulanan turun sementara pertumbuhan tahunan turun lebih cepat. Hal ini mengindikasikan minat dunia usaha untuk berinvestasi rendah dan dampaknya pada penyerapan tenaga kerja serta pertumbuhan perekonomian pada tahun-tahun mendatang.
Pembelajaran berharga saat The Fed US mengeluarkan kebijakan Quantative Easing, dana murah dalam USD mengalir ke kawasan termasuk Indonesia. Tetapi kemudian saat mulai didengungkan rencana normalisasi suku bunga, timbul gejolak nilai tukar dan menimbulkan depresiasi nilai tukar IDR terhadap USD yang secara rerata per tahun besarnya 12%. Sudah selayaknya investasi domestik lebih mempertimbangkan pada dukungan perbankan domestik dengan suku bunga rendah (single digit !).
Dalam kondisi pertumbuhan kredit investasi turun, tren pertumbuhan simpanan juga turun, seperti yang diberikan pada Grafik-2.
Grafik-2 : Tren Pertumbuhan Simpanan
Sumber informasi : Bank Indonesia -SEKI Moneter
Sumber Kiri untuk Posisi Simpanan (IDR x 10 Miliar) dan Perubahan (Tambah atau Kurang) Bulanan (IDR Miliar); sumbu kanan untuk perubahan (posisi dibandingkan 12 bulan sebelumnya dalam prosen). Rerata suku bunga simpanan (12 bulan) : 8,5%.
Dari Grafik-2 dapat dilihat bahwa tren simpanan turun dalam tiga bulan terakhir sejak Oktober 2015. Bahkan tren pertumbuhan tahunan sejak enam bulan terakhir turun pesat. Hal ini menggambarkan bahwa pendapatan tenaga kerja menurun dan hanya dapat memenuhi kebutuhan konsumsi atau bahkan kekurangan. Penurunan ini berdampak pada menyusutnya daya beli khususnya pada konsumsi dan sejalan dengan tren penurunan inflasi. Kondisi penurunan pendapatan mendukung praduga akan permasalahan yang dihadapi dunia usaha yang menyebabkan turunnya belanja dan pengeluaran dunia usaha yang selanjutnya berdampak pada pendapatan tenaga kerja.
Pilihan Kebijakan
Dengan BI Rate 7,5% dan nilai tukar IDR terdepresiasi pertumbuhan perekonomian untuk sementara dapat dipulihkan. Tetapi tanpa investasi sulit berharap akan terjadi pertumbuhan pesat yang berkelanjutan.
Perekonomian global menghadapi kondisi penurunan permintaan, spiral deflasi dan jebakan likuiditas khususnya pada negara besar misalnya Euro Area, US, Jepang, serta China yang mengandalkan ekspor pada pasar global.
Sementara perekonomian Indonesia masih dapat bertumbuh dengan mengandalkan pasar konsumsi dan investasi domestik. Perlu terobosan pada sisi moneter melalui Easy Money Policy dan penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan dunia usaha. Depresiasi nilai tukar bukan hal yang luar biasa dan target inflasi tidak selalu harus mengekang. Inflasi diperlukan untuk mendorong pertumbuhan dunia usaha namun sebaliknya pemulihan dampak deflasi (penurunan harga secara berkepanjangan) membutuhkan upaya yang besar.
Terobosan kebijakan memang beresiko tetapi terlalu prudent atau berhati-hati dalam kebijakan moneter akan menjadi monster bagi pertumbuhan perekonomian yang akhirnya berbuah masa depan suram alias madesu.
Silakan dipilih !!!
Arnold Mamesah - Laskar Initiatives
Awal Pekan Kedua Desember 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H