Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money

Internasionalisasi Renminbi : Kebanggaan Semu China

30 November 2015   15:41 Diperbarui: 1 Desember 2015   00:25 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Internasionalisasi Renminbi

Dalam pertemuan Executive Director IMF (International Monetary Fund) pada 30 November 2015, telah diambil keputusan(*) memasukkan mata uang China Renminbi (Yuan - CNY), sering juga disebut Internasionalisasi CNY, ke dalam basket mata uang IMF yang dikenal sebagai SDR (Special Drawing Right). Selanjutnya, basket mata uang SDR akan terdiri dari Dolar Amerika (USD), Euro, Great Britain Pound Sterling (GBP), dan Yen Jepang (JPY), dan CNY.

Dengan masuk dalam basket SDR, CNY harus tersedia dan dipergunakan secara luas termasuk dalam perdagangan global. Juga, Bank Sentral China (PBoC atau People's Bank of China) harus membebaskan nilai tukar CNY terhadap mata uang asing (umumnya Dolar Amerika atau USD) yang saat ini berfluktuasi terbatas untuk menjadi bergerak "bebas" atau "free floating". Sejak 12 Agustus 2015, PBoC sudah membebaskan secara terbatas tetapi "rentang fluktuasi harian" tidak lebih dari 2,5%. 

Untuk dipahami, secara umum penggunaan mata uang asing dan nilai tukarnya (misalnya : USD, Euro, GBP, JPY, Dolar Singapore : SGD, Dolar Australia : AUD, Baht Thailand : THB), bagi individu atau keluarga yang mengadakan perjalanan ke luar negeri perlu mengkalkulasi biaya perjalanan beserta belanja; atau berkaitan dengan biaya sekolah anak di luar negeri. Bagi korporasi, nilai tukar diperlukan untuk rujukan konversi harga jual atau beli dengan dalam bertransaksi (ekspor atau impor) dengan mitra dagang di luar negeri, nilai simpanan, atau nilai utang yang dilakukan dalam mata uang asing. Bagi pemerintah nilai tukar akan berkaitan dengan anggaran belanja (defisit anggaran), dan utang luar negeri (pemenuhan kewajiban).

Bagaimana dampak internasionalisasi CNY bagi China ?

Foreign Reserve dan Neraca Perdagangan

Foreign Reserve (Cadangan dalam bentuk Mata Uang Asing) dan Neraca Perdaganan China diberikan pada Grafik-1.

Sumber informasi : 

1. Foreign Reserve Information : China - State Administration of Foreign Exchange

2. Trade Information : National Bureau of Statistic - China

Catatan. Sumbu kiri untuk Foreign Reserve dalam USD Miliar; sumbu kanan untuk besaran ekspor, impor dan surplus atau defisit neraca perdagangan dalam USD Miliar.

Dalam 12 bulan terakhir (Oktober 2014 - Oktober 2015), cadangan China berkurang USD 327 Miliar, atau hampir 9% (Bandingkan dengan cadangan devisa Indonesia pada Oktober 2014 : USD 112 Miliar, Oktober 2015 : USD 101 Miliar, berkurang USD 11 Miliar).

Pada neraca perdagangan global, dalam masa tersebut trend nilai ekpor dan impor turun sementara neraca surplus berada pada kisaran USD 50 Miliar.

Dengan kondisi neraca surplus (terutama dengan mitra dagang utama China yaitu USA dan Europe Uni) dan kebijakan nilai tukar "free floating", maka akan terjadi koreksi pada nilai tukar CNY terhadap USD dan Euro, berupa apresiasi (kenaikan nilai tukar). Kondisi apresiasi nilai tukar CNY, akan menekan nilai ekspor China dan pada sisi lain impor bertambah sehingga neraca surplus perdagangan akan berkurang.

Sebagai pembandingan, dapat dilihat pada trend perubahan index nilai tukar USD dengan mitra dagang utama (salah satunya China) dan gambaran surplus perdangangan China terhadap pasar Amerika.

Grafik-2 : Trend Perubahan (kenaikan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya) Nilai Tukar USD terhadap mitra dagang utama.

Sumber Informasi : Federal Reserve Bank of St. Lous - Economic Research

Dari grafik-2, trend perubahan nilai tukar USD terhadap mitra dagang utama turun.

Grafik-3 : Neraca Perdagangan US - China masa 2010 - 2015 (proyeksi berdasarkan status hingga September 2015).

Sumber informasi : US Census Bureau.

Dari grafik-3 dapat dipahami bahwa trend defisit perdagangan US terhadap China berkurang dari sekitar USD 350 Miliar pada 2014 menjadi sekitar USD 275 Miliar pada 2015 (proyeksi); atau dengan perkataan lain surplus perdagangan China berkurang.

Implikasi yang serupa, akan juga dirasakan pada kenaikan nilai tukar CNY terhadap Rupiah (IDR); sehingga ekspor Indonesia ke China diprakirakan akan naik sementara impor dari China selayaknya turun (dengan pertimbangan Price Sensitivity).

Dalam kondisi trend pertumbuhan perekonomian China menurun, kondisi ini tentu akan tidak disukai China dan akan berusaha agar apresiasi nilai tukar CNY "terkendali" sehingga nilai ekspor tidak tertekan. Situasi ini akan "menggoda" otoritas moneter China untuk melakukan intervensi dan akibatnya cadangan berkurang.

Peran China sebagai Lokomotif Pertumbuhan

Dengan cadangan sekitar USD 3.500 Miliar (posisi akhir Oktober 2015), banyak yang berharap internasionalisasi CNY akan menambah likuiditas keuangan dunia khususnya melalui ekspansi China. Upaya yang telah dilakukan China antara lain melalui inisiatif pembentukan AIIB (Asian Infrastruktur Investment Bank), dengan modal awal sebesar USD 50 Miliar dalam mendukung pembangunan infrastruktur di Asia, dan membentuk BRICS Development Bank sebagai pendukung pembangunan di lingkungan negara BRICS (Brazil, Rusia, India, South Africa) dengan modal awal USD 100 Miliar.

Kondisi global yang mengalami tekanan harga komoditas termasuk energi (minyak mentah dan batubara), telah menjurus pada spiral deflasi. Sementara mitra China baik dalam lingkungan BRICS dan negara-negara Asia, sebagian besar sangat mengandalkan penerimaan negara dari perdagangan komoditas (termasuk energi). Sangat naif dan berlebihan jika berharap pada China untuk meningkatkan impor komoditas dan energi dalam kondisi ekspor China tertekan. Justru yang diprakirakan terjadi adalah upaya China mengekspor barang dengan menekan harga dan juga mengkespor "excess capacity" pada infrastrukturnya, termasuk produk dan tenaga kerja.

Tetapi dalam tekanan pada cadangannya, tentu China akan bersikap ketat dan hati-hati dengan resiko investasi infrastruktur yang memakan waktu lama. Juga, yang perlu dicermati adalah sumber dana atau pinjaman China yang akan dikaitkan dengan kebijakan ekspor China. Sehingga, negara peminjam (debitur) atau penerima investasi China (benefiting countries) akan terikat dengan ketentuan penggunaan produk China. Termasuk sasaran produk dari investasi China tersebut akan lebih ditujukan pada pasar domestik negara tujuan atau penerima investasi.

Internasionalisasi Renminbi pada satu sisi merupakan pengakuan terhadap peran China dalam perekonomian global tetapi telalu naif dan berlebihan jika berharap dan mengandalkan China sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi. 

 

(*) pembaruan info berdasarkan pengumuman IMF terakhir. 

Arnold Mamesah - Laskar Initiatives

Akhir November 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun