Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money

Inflasi Negatif dan Ancaman Deflationary Spiral

1 Oktober 2015   18:53 Diperbarui: 1 Oktober 2015   19:22 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal menarik bahwa trend inflasi (dengan mengabaikan tingkat inflasi ekstrim misalnya pada Desember 2014) menurun di bawah 0,4% dan jika tetapi terkendali pada triwulan-4 2015, inflasi tahunan 2015 akan mencapai di bawah target 4%.

Juga, kenaikan nilai tukar USD tidak berpengaruh terhadap inflasi yang trend-nya turun. Hasil ptengujian indeks relasi USD terhadap inflasi : 0,01 dan untuk JPY : -0,2, artinya fluktuasi nilai tukar USD hampir tidak berdampak pada inflasi sedangkan dengan JPY kenaikan nilai tukarnya akan berdampak kecil dengan arah berlawanan.

Inflasi juga tidak terpengaruh dengan fluktuasi jumlah uang yang beredar seperti diberikan pada grafik berikut ini.

Dengan grafik di atas dan pengujian indeks relasi (0,06), menunjukkan pertambahan uang yang beredar tidak menyebabkan inflasi dan hal ini selayaknya menjadi pertimbangan Bank Indonesia dalam kebijakan suku bunga acuan. (lihat artikel : Sikap Konservatif Bank Indonesia Berdampak Krisis Kian Dalam).

Kondisi deflasi pada harga komoditas non energi dan energi diberikan pada grafik berikut ini.

Catatan. Sumber Informasi harga komoditas adalah IMF Commodity Prices. Sumbu kiri untuk indeks harga komoditas non energi dan energi (fuel dan batubara), sumbu kanan untuk inflasi.

Grafik di atas memberikan penjelasan bahwa trend deflasi komoditas global memberikan dampak pada penurunan inflasi di Indonesia. Hal ini kelihatannya baik tetapi pada sisi lain memberikan ancaman pada penurunan nilai ekspor Indonesia. Jika dipandang secara agregasi global, deflasi yang terjadi pada komoditas non energi dan energi akan berdampak pada penerimaan negara dan akibatnya akan menurunkan permintaan impor (atau dari sisi Indonesia adalah ekspor). Sehingga, akan terjadi kelebihan persediaan (excessive supply) dan dampaknya pada penurunan harga sehingga muncul fenomena spiral deflasi.

Terobosan dalam Trilema Nilai Tukar, Deflasi, dan Suku Bunga

Kondisi perekonomian Indonesia secara agregasi, 85% output untuk pasar domestik dan lainnya untuk ekspor ke pasar global. Fenomena spiral deflasi yang sudah terjadi dengan kondisi depresiasi nilai tukar IDR terhadap USD dan penurunan harga komoditas, harus segera ditangani.

Dengan pertimbangan 85% output untuk pasar domestik, sudah selayaknya fokus kebijakan diarahkan dengan tajuk "Striving Domestic Market". Trilema Deflasi tidak harus terus berlangsung bagai Vicious Circle (Lingkaran Setan).

Menurunkan suku bunga merupakan langkah terobosan elok. Kecemasan terhadap kenaikan inflasi diberikan pada penjelasan di atas. Paket stimulus perekonomian mendorong sektor produksi yang membutuhkan suku bunga rendah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun