Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bukan FDI tetapi Utang Publik

1 Oktober 2015   03:18 Diperbarui: 1 Oktober 2015   03:30 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

FDI dan Pertumbuhan GDP

Pertambahan jumlah FDI ternyata tidak mampu mendorong pertumbuhan Produk Domestik Bruto (GDP : Gross Domestik Product) khususnya pada masa setelah 2011 dan dapat dilihat pada Grafik-3 di bawah ini.

Catatan. Sumbu kiri besaran nilai FDI dalam USD Miliar dan Rasio Utang Publik terhadap GDP dalam prosen. Sumbu kanan dalam besaran prosen untuk pertumbuhan GDP dan rasio defisit Transaksi Berjalan terhadap GDP.

Selain hubungan FDI dan GDP, peningkatan jumlah aliran FDI tidak membuat defisit transaksi berjalan berkurang. Bahkan defisit terus bertambah khususnya pada masa 2012 - 2014. Penyebab bertambahnya defisit Transaksi Berjalan salah satu adalah meningkatnya pembayaran yang ditransfer (Transfer Payment) sebagai imbalan dari penanaman modal pada masa sebelumnya.

Ada hal lain yang menarik. Berkurangnya utang publik pada masa 2012-2014 ternyata selaras dengan penurunan tingkat pertumbuhan GDP. Hal ini menunjukkan bahwa dana yang digunakan untuk mengurangi utang publik seharusnya digunakan untuk investasi. Dampak pengurangan dana investasi tersebut baru dirasakan pada masa kini dengan turunnya tingkat pertumbuhan. Pemahaman mengutamakan pembayaran utang pada masa pembangunan tidak tepat. Lebih penting untuk investasi infrastruktur dan perluasan industri demi menambah lapangan kerja dan selanjutnya menikmati hasil investasi.

Mewujudkan Keunggulan Komparatif

Merupakan hal penting dan utama agar pembangunan yang digiatkan tidak semata untuk tujuan jangka pendek. Tetapi membentuk landasan yang menjadi basis keunggulan komparatif berkelanjutan (sustainable). Perlu disiapkan 6 (enam) modal (Six Capital) secara terencana dalam wawasan jangka panjang dan berkelanjutan. Tercakup di dalamnya adalah Business Capital, Infrastruktur, Human Capital, Intellectual Capital, Natural Capital, Social Capital. (Lihat artikel : Paket Stimulus Lebih Penting daripada Nilai Tukar). Modal ini menjadi pendukung pembangunan industri yang merujuk pada suatu tatanan atau pohon industri yang terintegrasi dan saling melengkapi. Bagaimana mewujudnyatakan 6 modal tersebut.

Dalam grafik-4 diberikan gambaran pertambahan modal untuk investasi dan pertumbuhan GDP.

Catatan. Sumbu kiri prosentase peningkatan nilai Bank Loan (Kredit Perbankan) dan Utang Swasta (Private Debt); sumbu kanan untuk penambahan Utang Publik, FDI, dan Pertumbuhan GDP untuk masa 2006 - 2014. Prosentase peningkatan tersebut didapat dari pertambahan jumlah atau pinjaman dari tahun sebelumnya dibagi dengan besaran GDP. Sebagai gambaran, misalnya pada tahun 2010 nilai GDP USD 600 Miliar. FDI pada 2011 bertambah USD 12 Miliar dibandingkan dengan jumlah FDI 2010. Maka prosentase peningkatan FDI 2011 dihitung sebagai 12 dibagi 600 atau sebesar 2%.

Dari grafik-4 di atas, trend pertumbuhan GDP selaras dengan trend peningkatan Utang Publik. Sementara saat trend jumlah FDI naik, trend pertumbuhan GDP turun. Demikian juga dengan trend peningkatan Utang Swasta dan Kredit perbankan yang mirip dengan trend FDI.

Dengan penjelasan tersebut, mewujudkan "Six Capital" bukan melalui FDI atau Utang Swasta dan Kredit Perbankan. Tetapi pada Inisiatif dan Tekad Pemerintah dengan dukungan Utang Publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun