Dari grafik-4 di atas, ditunjukkan bahwa trend depresiasi IDR selaras dengan trend jumlah utang swasta yang segera jatuh tempo dalam waktu kurang dari satu tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemenuhan kewajiban utang swasta memberikan tekanan dan mengakibatkan depresiasi pada nilai tukar IDR terhadap USD akan berlanjut.
Â
Bukan Sekedar Menentukan PilihanÂ
Berdasarkan kajian pada grafik yang diberikan diatas, dapat disimpulkan :
1. Posisi mata uang kuat berakibat defisit perdagangan dan sebaliknya kondisi nilai tukar terdepresiasi membuahkan surplus perdagangan. Depresiasi nilai tukar timbul akibat deflasi atau penurunan harga komiditas dan bahan energi; juga akibat tekanan untuk memenuhi kewajiban utang swasta (bunga dan pokok) yang jatuh tempo kurang dari satu tahun.
2. Untuk mengurangi tekanan depresiasi, masalah utang swasta perlu penyelesaian dengan berbagai pilihan skema.
3. Depresiasi nilai tukar terjadi akibat sentimen dan persepsi negatif yang dikembangkan untuk mendukung perilaku spekulasi pemain pasar finansial.
Nilai tukar memang diperlukan dalam kegiatan perdagangan global dengan manca negara, yang bagiannya pada rentang 15-17% dari output domestik (PDB : Produk Domestik Bruto). Tetapi nilai tukar bukan yang utama karena masih ada bagian 80-85% dari PDB yang memerlukan perhatian yaitu konsumsi dan produksi serta investasi pada infrastruktur dan sektor industri.
Paket Stimulasi Perekonomian pertama dan kedua sudah diluncurkan dan BUKAN ditujukan agar mata uang kuat. Sasaran paket stimulus adalam sektor produksi dan mengundang minat serta membuka kesempatan bagi penanaman modal dalam dan luar negeri.
Agar sektor produksi terus bergiat dan tenaga kerja terus mendapatkan upah, serta kegiatan investasi berjalan maka dukungan melalui ekspansi kredit perbankan SANGAT DIPERLUKAN.
Mengalirnya dana perbankan dalam bentuk kredit, akan mengurangi tekanan depresiasi nilai tukar IDR terhadap USD. Penjelasannya pada artikel : Resesi Neraca dan Perubahan Perilaku dalam Langkah Pemulihan. Semoga bermanfaat.