Perdagangan Global dan Pertumbuhan Ekonomi dalam Perspektif Model Gravity
Perdagangan global era Free Trade (Non Monopolistic, Barrier Free - No Protection, Cost Transparent or No "hidden" subsidy), dalam perspektif Model Gravity(1), faktor kritikal dalam perdagangan bilateral (negara atau regional) antara lain pemenuhan kebutuhan (Needs Fulfillment), "product comparativeness" yang mencakup kualitas, harga, "specialization & differentiation", jarak (Distance) yang dikonversikan menjadi biaya, serta PDB (Produk Domestik Bruto atau selanjutnya digunakan GDP (Gross Domestic Bruto) serta pendapatan (GDP per kapita). Perubahan tingkat pertumbuhan GDP akan berdampak pada nilai impor yang besarnya tergantung pada Indeks Elastisitas.
Untuk mengkaji prospek perdagangan global Indonesia, grafik berikut ini memberikan gambaran GDP dan GDP Per Capita dari mitra dagang utama.
Dari grafik di atas, regional Amerikan Utara (USA & Kanada), Euro Area, Jepang, China, Asean merupakan mitra dagang utama dengan pertimbangan pertumbuhan GDP, pendapatan dan besar pasar.
Trend pertumbuhan nilai ekspor-impor Indonesia dan posisi Neraca Perdagangan (Balance of Trade) dalam kondisi penurunan harga komoditi diberikan pada grafik berikut ini.
Dari grafik ditunjukkan bahwa Neraca Perdagangan SURPLUS pada Triwulan-1 dan Triwulan-2 2015 (berdasarkan laporan Ekspor-Impor Juli & Agustus serta prakiraan September 2015, Neraca Perdagangan Triwulan-3 2015 akan SURPLUS).Â
Perdagangan Global Indonesia
Tren menunjukkan neraca perdagangan surplus pada setiap regional.
Trenn menunjukkan neraca perdagangan surplus di USA, Euro Area, dan Jepang; defisit dengan China dan Asean.
Untuk mendapatkan gambaran tambahan, tabel berikut ini memberikan informasi ekspor - impor Indonesia dan USA.Â
Indonesia & US Trade Balance
Perbedaan Surplus berdasarkan informasi BI dan Defisit berdasarkan informasi US Census Bureau (defisit USA adalah surplus bagi Indonesia) karena ada perdagangan barang dengan tujuan USA tetapi pengiriman melalui negara lain (misalnya Singapura).
Prospek Perdagangan dan Ancaman China
Dengan melihat proyeksi pertumbuhan ekonomi mitra dagang utama, peningkatan ekspor diharapkan terjadi pada perdagangan dengan North America dan USA, Euro Area, Jepang, Asean, dan Afrika; stabil atau konstan dengan Australia dan New Zealand (Selandia Baru); turun pada perdaganan dengan China dan Timur Tengah.
Dengan menggunakan menggunakan Import Elascity Index dan pertumbuhan GDP, dapat dihitung dampak terhadap ekspor Indonesia seperti pada tabel berikut ini.
Dari tabel dapat disimpulkan bahwa dampak penurunan pertumbuhan China terhadap ekspor Indonesia bukan merupakan ancaman karena akan dikompesasi dengan peningkatan nilai ekspor ke USA, Eropa, dan Asean. Namun, pada sisi lain, akan berpotensi terjadi "serbuan" barang ekspor China.
Tren surplus dan ekspor Indonesia diberikan pada grafik berikut ini.
Memperhatikan penjelasan kaitan pertumbuhan dengan prospek dan ancaman pada ekspor Indonesia dan grafik tren kenaikan surplus perdagangan dan nilai ekspor ternyata saling mendukung. Dengan demikian surplus perdagangan Indonesia bukan fenomena angka pendek tetapi berkelanjutan.
Pengembangan Produk Unggulan berdasarkan Tatanan Industri
Penggunaan Model Gravity dalam upaya mempertahankan serta meningkatkan surplus perdagangan, membutuhkan inovasi dan pengembangan produk agar tidak hanya mengandalkan harga dalam bersaing.
Pemahaman akan kebutuhan konsumer pada negara atau regional tujuan ekspor menjadi syarat perlu agar dapat menghasilkan "specizialied product" yang memiliki diferensiasi, sehingga akan mendapatkan harga "premium".
Pengembangan dan pemantapan "comparativeness" agar dapat menghasilkan produk unggulan ekspor membutuhkan tatanan industri yang saling berkaitan dan akan menjadi daya tarik bagi penanaman modal dalam maupun luar negeri.
Paket Stimulus Perekonomian untuk mendorong sektor produksi selayaknya memperhatikan hal tersebut di atas.Â
Â
Catatan:
(1). Gravity Model dalam perdagangan global bilateral dan regional, merupakan salah satu model yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan negara akan "product diversity & comparativeness". Prinsip yang digunakan model ini adalah dua negara berinteraksi dalam pengaruh jarak (as a proxy of transportation cost) dan skala perekonomian yang diukur berdasarkan GDP atau GNP. Berbagai variasi dan pengayaan telah dilakukan terhadap Model Gravity ini.
(2). Apresiasi khusus bagi Floretta Adriana, SE, MA. (IIGF) atas inspirasi Model Gravity ini.
(3). Sumber InformasiÂ
Â
Arnold Mamesah - Laskar Initiatives
Jelang akhir September 2015