Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money

Akrab dengan Turbulensi Finansial

18 September 2015   05:03 Diperbarui: 20 September 2015   12:01 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Catatan. Nilai masing-masing dalam USD Triliun.

Tabel Global Financial Assets 

Sumber Informasi : Mc. Kinsey Global Institute, Haver, BIS, Deutsche Bank (Business Insider)

Dari grafik dan tabel (estimasi akhir 2014) dapat disimpulkan beberapa hal berikut :

1. Rerata pertumbuhan pasar finansial dalam masa 2005 - 2014 sebesar 6% per tahun, tetapi pada 2012 - 2014 hanya 4% yang berarti terjadi penurunan pertumbuhan.

2. Utang publik atau pemerintah besarnya USD 58T, hampir 20% dari keseluruhan dengan pertumbuhan rendah (kurang dari 5%).

3. Sebesar USD 62 T (21%) merupakan pinjaman tanpa jaminan, sedangkan USD 69T (23,5%) merupakan nilai pasar saham dan pertumbuhan pada dua tahun terakhir hanya 3%. Ini indikasi kinerja usaha korporasi tidak menggembirakan.

Dengan melihat trend dan besarannya, pasar saham, pasar surat berharga institusi finansial, dan pinjaman tanpa jaminan rawan gejolak yang dapat menular ke sektor riel termasuk menjadi penyebab tekanan nilai tukar.

Gejolak, Sentimen, dan Spekulasi

Faktor eksternal, rendahnya pertumbuhan perdagangan yang berdampak pada defisit, dan pasar finansial yang cenderung rentan, merupakan hal-hal yang dapat menimbulkan sentimen negatif dan digunakan untuk spekulasi.

Berdasarkan pemahaman di atas dan "lesson learned" (pembelajaran) dari gejolak sebelumnya, perlu membangun keintiman dengan kondisi turbulensi finansial dan kecermatan dalam memahami kedalaman masalah serta dampaknya sehingga dapat cepat dan tepat tanggap.

Paket stimulus bukan untuk mengangkat nilai tukar Rupiah. Tetapi dengan menggiatkan sektor produksi dan memperluas serapan tenaga kerja dapat diharapkan peningkatan "output". Jika output tersebut sebagian menjadi produk ekspor dan meningkatkan surplus perdagangan maka secara pasti akan menguatkan nilai tukar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun