Dari grafik di atas dapat disimpulkan beberapa hal :
1. Utang eksternal dalam masa 2013 - 2015 hanya bertumbuh pada sektor finansial (perbankan dan lembaga keuangan) sedangkan pada sektor non finansial pertumbuhannya sangat rendah (flat).Â
2. Beban utang eksternal sektor finansial ditambah dengan depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika, akan membuat tekanan pada sektor finansial (Balance Sheet Recession).Â
3. Melihat dari grafik pemanfaataan utang eksternal, investasi pada satu tahun terakhir hanya tumbuh 3,3%. Dengan rendahnya investasi akan berdampak terbatasnya penyerapan tenaga kerja dan rendahnya harapan akan pertumbuhan perekonomian dalam 2-3 tahun mendatang.
4. Beban utang eksternal masih melilit sektor industri khususnya pada korporasi yang pada masa sebelumnya bertumbuh dengan mengandalkan utang. Sehingga perlu didorong penyelesaian atau penundaan penyelesaian utang dengan berbagai bentuk atau skema (Debt Settlement & Resolution). Tekanan pada pemenuhan kewajiban utang ini berdampak pada depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika.
5. Dengan memperhatikan posisi utang berdasarkan sektor industri (lihat tabel di bawah) serta kekayaan alam yang dimiliki serta potensi kebutuhan akan produk yang selalu akan meningkat, pengembangan sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan (khususnya : Agricultures dan Aquacultures) merupakan pilihan untuk menjadi sektor prioritas.Â
Inisiatif dan Investasi
Dengan memperhatikan kondisi saat ini, masih diperlukan inisiatif pemerintah bagi sektor swasta dalam :
1. Pengembangan investasi dengan memperhatikan sektor industri prioritas serta dukungan ekspansi kredit agar dapat menciptakan lapangan kerja.
2. Pengembangan industri berbasis pohon industri yang tertata dan pemberdayaan UMKM agar terus bertumbuh menjadi jangkar perekonomian yang tidak rentan dengan krisis akibat utang.