Dengan memperhatikan pertumbuhan kredit pada dua grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kredit investasi hanya bertumbuh secara rerata 14% per tahun (2013-2015), sedangkan untuk UMKM hanya 11%. Dengan melihat angka pertumbuhan tersebut, perlu didorong agar terjadi peningkatan hingga 22,15% (Lihat Rujukan : Kajian Pertumbuhan Kredit Optimal - Markov Switching Vector Error Correction Model).
2. Agar dapat mendorong ekspansi kredit, suku bunga acuan perlu diturunkan dan juga selisih suku bunga, sehingga suku bunga kredit rendah dan menarik. Berdasarkan analisis historis, penurunan suku bunga acuan BI dan suku bunga tidak berdampak tekanan pada nilai tukar (Lihat artikel : Virus Strong USD Vaksin Perekonomian Indonesia). Suku bunga kredit layak dibawah 10%.
3. Dalam pengembangan sektor industri, tidak hanya mengutamakan produk berorientasi ekspor yang hanya mengandalkan "low cost product". Tetapi selayaknya mengembangkan produk yang memiliki keunggulan tertentu (diferensiasi) dengan mengandalkan inovasi serta mengembangkan industri pangan (Food) yang akan selalu menjadi kebutuhan manusia. Dengan 80%-85% output dikonsumsi domestik, sementara pasar internasional sedang dalam kondisi deflasi serta mengalami penurunan pertumbuhan, maka pemenuhan kebutuhan domestik selayaknya menjadi sasaran utama.
4. Model pemberdayaan UMKM tidak hanya berupa dukungan kredit tetapi juga dukungan terhadap akses pasar serta "fairness" dalam persaingan.
5. Pengembangan industri perlu memperhatikan dan berbasis pada "Industrial Tree" (Pohon Industri) yang merupakan satu rangkaian pasokan dari bahan mentah hingga "Produk Jadi (finished goods)"
Â
Masalah Utang EksternalÂ
Kondisi utang eksternal dapat dilihat pada dua grafik berikut ini.