Dari grafik, posisi utang luar negeri swasta yang mencapai hampir USD 47 Miliar pada akhir Triwulan-II/2015, memberikan gambaran bahwa per triwulan diperlukan sekitar USD 12 Miliar atau per bulan diperlukan sekitar USD 4 Miliar. Dalam posisi transaksi berjalan (Current Account) defisit maka kebuhan untuk pembayaran pokok dan bunga pinjaman memberikan tekanan berkelanjutan pada nilai tukar. Sangat disayangkan hal ini seakan diabaikan. (Lihat artikel : Langkah Elegan Perekonomian).
Bukan Virus tetapi Vaksin
Bukan suatu kesalahan jika sebagian besar masyarakat mengharapkan nilai tukar Rupiah terhadap USD tidak menjadi makin lemah tetapi sebaliknya menguat. Tetapi perlu diberikan pengertian dan pemahaman yang tepat bukan dengan bersilat kata atau menuding pada obyek yang tidak relevan.
Perilaku memberikan pernyataan atau komentar sesat menunjukkan pemahaman yang  dangkal tanpa penguasaan "Generally Accepted Principles" dan tidak berlandaskan pada informasi serta fakta yang akurat. Masalah perekonomian bukan dilihat sesaat tetapi pada rentang waktu. Jika cermat mengamati pola perubahannya akan menjadi pembelajaran berharga dalam mengantisipasi kejadian pada masa mendatang. Melihat permasalahan hanya berdasarkan pengamatan dalam waktu singkat hanya akan menghasilkan langkah serta tindakan spekulasi, ibarat bertaruh di meja perjudian yang berujung kebangkrutan.
Virus Strong USD ternyata memberikan banyak hal yang bersifat korektif antara lain :
1. Koreksi dalam penanganan inflasi dan mengurangi ketergantungan pada barang impor
2. Koreksi dalam peningkatan kemampuan bersaing dengan tidak hanya mengandalkan hargaÂ
3. Koreksi dalam memandang permasalahan dan tantangan dengan sudut pandang positif, belajar dari pengalaman terdahulu serta penyelesaian masalah secara komprehensif dengan rujukan informasi dan fakta bukan asumsi
Ternyata US Strong itu bukan virus tetapi vaksin yang kelak memberikan kekebalan pada perekonomian Indonesia.
Â