Kenaikan nilai tukar dan suku bunga tidak menunjukkan keterkaitan (korelasi); suku bunga pada rentang 12-13% tetapi nilai tukar tetap tertekan. Juga ditunjukkan bahwa selisih (spread) suku bunga pinjaman dan acuan sekitar 5%.
Suku bunga pinjaman (investasi dan modal kerja) sangat berpengaruh terhadap kegiatan produksi. Khususnya investasi (penambahan input) yang berkaitan dengan perluasan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi. Jika suku bunga pinjaman tinggi akan menurunkan minat investasi. Penurunan atau pengurangan investasi akan berdampak penurunan pertumbuhan ekonomi pada masa mendatang.
Sudah sangat mendesak untuk menerobos hambatan suku bunga ini dengan menurunkan suku bunga acuan BI.
4. Kenaikan Nilai Tukar akan menambah Defisit Perdagangan
Prakiraan yang keliru jika kenaikan nilai tukar akan membuat defisit perdagangan bertambah. Grafik berikut ini menunjukkan perkembangan neraca perdagangan.Â
Dari grafik ditunjukkan bahwa posisi surplus dengan trend meningkat telah terjadi sejak Triwulan-III/2014 dan terus berlanjut.
5. Faktor Eksternal dan Kenaikan Nilai Tukar
Dalam pernyataan Bank Indonesia, Rupiah Undervalue BI Anggap Kompetitif untuk Ekspor. Dengan pengukuran menggunakan Nilai Tukar Efektif Riel (Real Effective Exchange Rate), telah diberikan implikasinya pada neraca perdagangan dengan US.
Tetapi kondisi "undervalue" sebenarnya dapat dilihat pada keterbatasan "supply" memenuhi "demand" akibat kewajiban pembayaran utang. Kondisi ini telah berlangsung sejak pertengahan 2012 dan dapat dijelaskan dengan grafik di bawah ini.