Terhadap pernyataan di atas, dapat dijelaskan dengan teori serta pendekatan Neraca Pembayaran. Tetapi agar lebih sederhana diberikan pada grafik di bawah ini.
Dari grafik ditunjukkan bahwa berapapun besarnya aliran dana asing baik FDI (Foreign Direct Investment) atau bahkan FPI (Foreign Portfolio Investment), tidak memberikan pengaruh terhadap nilai tukar Rupiah (IDR) terhadap USD.Â
Demikian juga kondisi Transaksi Berjalan (Current Account) yang defisit, walaupun semakin membesar atau berkurang menuju seimbang (balance), tidak berpengaruh pada nilai tukar.
2. Kenaikan Kurs Tukar berdampak Inflasi
Sasaran Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang utama dan satu-satunya adalah Target Inflasi. Untuk tahun 2015 target inflasi, besarnya 5% +/- 1%. Grafik berikut ini memberikan gambaran pergerakan nilai tukar dengan inflasi, suku bungan acuan Bank Indonesia (BI Rate).
Dari grafik, khususnya pada masa 2014 hingga 2015, kecuali pada Desember 2014 terjadi lonjakan inflasi sebagai dampak kenaikan harga BBM. Posisi inflasi tahun berjalan 2015 hingga Agustus, besarnya 2,29% dan diprakirakan inflasi 2015 akan berada di bawah 5 % (jika benar terwujud, suatu prestasi yang sangat membanggakan). Kenaikan nilai tukar yang tidak berdampak pada kenaikan inflasi menunjukkan bahwa barang konsumsi utama masyarakat tidak bergantung pada impor, Dengan demikian, sudah dapat digantikan atau dialihkan menjadi produk lokal.Â
Juga, nilai tukar yang terus naik, ternyata tidak dipengaruhi suku bunga acuan BI.
3. Ekspansi Kredit dengan Penurunan Suku Bunga Berdampak Kenaikan Nilai Tukar
Bank Indonesia cenderung ragu untuk mendorong ekspansi kredit khususnya sektor produksi karena akan menyebabkan tekanan pada nilai tukar. Pernyataan tersebut dapat dibantah dengan grafik.