Hi Lite
Kutipan kata-kata Peter Drucker (management expert, pendidik, penulis) : " The best way to predict the future is to create it". Permasalahan yang selalu dianggap sebagai biang ketidakstabilan nilai tukar adalah keputusan The Fed USA menaikkan suku bunga acuan (Fed Rate) yang hingga Juni 2015 masih ditunda berdasarkan keputusan Board of Governors pimpinan Janet Yellen. Kenaikan suku bunga acuan The Fed konon akan berdampak pada "capital flight" dana asing dari pasar uang dan pasar saham Indonesia. Sehingga, perlu antisipasi dengan memahami faktor Kekuatan yang dimiliki dan mengenali Kelemahan yang terkadang tidak terlihat; juga mencermati Peluang yang dapat ditangkap tanpa melupakan Ancaman yang dapat membuat gejolak hingga melahirkan kemelut atau krisis dalam perekonomian Indonesia. Sesuai dengan words of wisdom di atas, maka akan lebih baik mempersiapkan dan mengkonsolidasi kemampuan yang dimiliki untuk membangun kepercayaan diri bukan sekedar menunggu datangnya krisis tetapi sigap dalam menangkap peluang yang muncul.
Rasionalitas dan Perilaku
Perekonomian Indonesia menganut sistem ekonomi terbuka berlandaskan pada ekspektasi rasional. Sistem ekonomi terbuka dalamnya mencakup pasar barang dan jasa, pasar tenaga kerja, pasar uang, dan pasar manca negara (internasional); Sehingga perekonomian Indonesia akan berinteraksi dan terintegrasi dalam lingkup domestik dan internasional.
Selaras dengan perkembangan dan perubahan, perekonomian dengan ekspektasi rasional diperkaya ekonomi berbasis perilaku (Behavioral Economic) yang berkaitan dengan proses berpikir, wawasan psikologi, sosiologi, politik, budaya dan hukum dalam menentukan pilihan dan putusan. Dengan pengayaan tersebut, diharapkan kajian dan analisis ekonomi lebih nyata dan hidup serta berdasarkan asumsi yang lebih realistis sebagaimana pelaku ekonomi berperilaku dalam situasi dan kondisi yang erat mempengaruhi putusannya.
Pada kenyataannya, pilihan dan pengambilan keputusan sering dipengaruhi persepsi sesat (cognitive biases) tanpa memperhatikan faktor landasan dan runtut logika pemikiran, serta layak dan langgengnya pilihan. Beberapa contoh dari tasiran sesat antara lain : tendensi negatif (berpikiran atau senang dengan hal dan berita negatif atau Negativity Bias), rasionalisasi pasca pilihan (upaya pembenaran atas pilihan; Post Rationalization Bias), Efek Keterikutan (terpengaruh dan terikut dalam aliran atau pengaruh putusan banyak orang walaupun tidak sesuai dengan rasional sendiri; Bandwagon Effect). (Tentang cognitive biases dapat dilihat pada artikel : Cognitive Biases).
Dalam persepsi sesat muncul hal yang disebut “sentimen” atau sikap atau pemahaman yang berlebihan terhadap suatu kondisi atau kejadian. Demikianlah, perekonomian yang selayaknya berkembang dalam alur pikir dan runtut logika yang sehat tetapi kemudian sesat dalam pilihan dan putusan.
Faktor Eksternal pada Semester-II 2015
Memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia pasca 2011, trend pertumbuhan menurun atau disebut masa resesi; tapi pada trend jangka panjang angka pertumbuhan meningkat (lihat : Asa dalam Siklus Perekonomian). Dalam semester pertama 2015, isu atau kondisi ekstenal (non domestik) yang selalu dijadikan sentimen adalah prediksi pertumbuhan ekonomi dunia yang tertekan (kontraksi) berdasarkan proyeksi lembaga dunia seperti Bank Dunia dan IMF; Kebijakan The Fed USA yang akan menaikkan suku bungan acuan (setelah 5 tahun tidak mengalami kenaikan), dan masalah utang pemerintah (sovereign debt) khususnya pada Zone Euro yaitu Yunani. Penyusutan pertumbuhan ekonomi dialami sebagian besar negara khususnya Tiongkok yang selama beberapa tahun mengalami pertumbuhan tahunan “double-digit” (diatas 10%). Masalah utang Yunani, telah melewati masa krisis walaupun belum tuntas sedangkan kebijakan kenaikan suku bunga acuan The Fed masih ditunda tetapi besar kemungkinan dalam 2015.
Apa saja yang akan menjadi sentimen pada semester II 2015 ?
Krisis Utang Pemerintah dan Kondisi Tiongkok