Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money

Antisipasi Sentimen dan Spekulasi

22 Juli 2015   04:29 Diperbarui: 22 Juli 2015   15:28 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merujuk pada External Debt Statistik yang diterbitkan Bank Indonesia, kewajiban utang pemerintah untuk masa Mei hingga Desember 2015 besarnya USD 5.901 miliar sedangkan kewajiban utang swasta hingga akhir tahun diprakirakan sebesar USD 36 miliar (75% dari total kewajiban hutang USD 47 miliar yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun).

Besaran posisi cadangan devisa, ditambah dukungan pinjaman siaga (standby loan) dari beberapa Bank Sentral negara lain (misalnya Korea, Tiongkok, Jepang) dianggap mampu menghadapi ancaman “capital flight” akibat kenaikan suku bunga acuan The Fed. Termasuk dalamnya ancaman pencairan Surat Berharga Negara (SBN) yang dimiliki “non resident”, kebutuhan untuk kewajiban utang pemerintah, serta kebutuhan impor barang dan jasa hingga 6 (enam) bulan (dengan asumsi per bulan USD 11 miliar).

Ancaman lain berupa serangan spekulasi (Speculative Attack) yang berdampak pada kurs tukar akan dapat dieliminasi sejalan dengan kebijakan free floating exchange rate serta operasi pasar terbuka yang dilakukan Bank Sentral dengan jaminan dukungan cadangan devisa dan pinjaman siaga. Sebagai tambahan, dengan memperhatikan grafik pada trend kurs tukar, intervensi yang dilakukan Bank Indonesia, ternyata tidak berdampak pada penggerusan cadangan devisa.

Dengan penjelasan di atas, kecemasan terulangnya Krismon 1998, yang salah satu penyebabnya adalah “speculative attack” (tindakan untung-untungan dengan mengharapkan hasil besar), adalah sikap yang berlebihan tanpa memahami posisi cadangan devisa dengan kemampuan menangkal ancaman.

Jika faktor eksternal dan sentimen yang ditimbulkan sudah ada penangkalnya, lalu apakah ancaman pada perekonomian Indonesia ?

Bahaya yang mengancam bagaikan “vicious cycle” (lingkaran setan) permasalahan yang saling berkait dan penjelasan sebagai berikut.

1. Problem Resesi pada Neraca (Balance Sheet Recession Problem). Perusahaan yang menanggung utang, terutama dalam valuta asing, akan berusaha mengurangi beban utang (atau menghindari utang) dengan melakukan penghematan dan pengetatan dalam belanja serta meniadakan kegiatan investasi. (lihat artikel : Bayar Utang Bikin Resesi). Tanpa investasi, jangan mengharapkan peningkatan pendapatan dan imbalan (return) sehingga usaha akan mengalami penyusutan.

2. Masyarakat akan cederung berhemat atau mengurangi belanja serta jika memungkinkan memilih untuk menabung. Dalam kondisi perekonomian tertekan, akan tumbuh rasa tidak percaya kepada pemerintah dan dikuasai sikap yang bertendensi negatif (Negativity Bias).

3. Perbankan yang selayaknya mendukung dunia usaha, berada dalam posisi tertekan akibat menanggung dana dari pengembalian pinjaman dan simpanan masyarakat sementara ekspansi kredit (pinjaman terutama untuk usaha) tidak berkembang.

Dalam kondisi demikian, pemerintah telah berusaha untuk menghindari pengetatan belanja bahkan terus mendorong melalui belanja rutin dan investasi agar menjadi stimulus penggerak perekonomian.

Program stimulus membutuhkan dukungan pendanaan yang selayaknya dialirkan melalui perbankan. Juga, perlu memotivasi dunia usaha agar tidak terjebak hanya dalam penyelesaian masalah Resesi Neraca tetapi mempertahankan belanja serta berinvestasi dengan dukungan perbankan. Untuk hal yang berkaitan dengan perbankan diperlukan terobosan dari Bank Indonesia, tetapi tidak perlu diintervensi karena Bank Indonesia pasti sudah sangat memahaminya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun