Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money

Antisipasi Sentimen dan Spekulasi

22 Juli 2015   04:29 Diperbarui: 22 Juli 2015   15:28 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah utang pemerintah tetap menjadi sorotan khususnya pada negara-negara di Amerika Latin yang penerimaannya bergantung pada penjualan minyak misalnya Venezuela, Brazil, Mexico; serta Argentina yang masih berurusan dengan sengketa utang. Masalah yang hampir serupa dialami negara di belahan Afrika seperti Nigeria, Afrika Selatan; juga beberapa di Eropa seperti Ukraina, Croatia, Spanyol, Portugal dan Rusia. (Lihat : Beyond Greece, the world is filled with debt crises).

Bagaimana dengan Indonesia ? Yang kritikal dalam hal utang Indonesia adalah utang swasta yang mencapai lebih dari USD 160 miliar dan sekitar 30% sudah pada posisi jatuh tempo dalam satu tahun. Resiko gagal bayar (default) utang swasta yang paling parah adalah kebangkrutan dan pengambilalihan kepemilikan.

Lantas bagaimana dengan Tiongkok yang pasar sahamnya di Shanghai sempat mengalami “crash” pada akhir Juni 2015 lalu ? Kondisinya tetap akan menjadi perhatian tetapi dengan kemampuan finansial yang dimiliki, Tiongkok akan mampu menanggulangi gejolak.

Kenaikan Suku Bunga Acuan The Fed

Rencana kenaikan suku bunga acuan The Fed bukan suatu hal yang baru dan sudah lama dibahas. Sejak 1990, kenaikan suku bunga terjadi pada besaran 25 basis poin (0,25% sebanyak 26 kali), besaran 50 basis poin (0,5% sebanyak 4 kali) dan satu kali pada besaran 75 basis poin (0,75%); dengan demikian kenaikan diprakirakan pada 25 basis poin. Akibat kenaikan tersebut mata uang USD (Dolar Amerika) menjadi sangat kuat dari antara mata uang kuat dunia (USD, Euro, Yen Jepang, dan Pound Sterling; empat mata uang yang digunakan IMF dalam cadangannya). Benar bahwa perekonomian USA sedang bagus tetapi kondisi mata uang yang kuat berdampak pada persaingan produk USA di pasar internasional. Dampaknya ekspor USA turun sementara barang impor akan membanjiri pasar USA; kondisi yang mengancam sektor produksi. USD yang kuat dan “almost risk free” mengakibatkan USD kembali ke “kampung halaman”nya atau terjadinya “capital flight” pada negara asal yang menyebabkan depresiasi nilai tukar terhadap USD. Kondisi depresiasi nilai tukar akan direspon dengan berbagai tindakan. Tetapi gejolak tidak dapat dihindarkan sehingga keseimbangan perdagangan barang dan jasa serta aliran dana terganggu. Dalam kondisi gejolak, bank sentral dari setiap negara akan bereaksi dengan berbagai kebijakan dan akan mendapatkan berbagai respon serta sentimen dari pasar yang cenderung sesat persepi dan paham. Juga, kondisi yang berubah cepat dan tidak stabil dapat menimbulkan kemelut atau “chaos”, walaupun hanya karena kenaikan 25 basis poin.

Keyakinan Diri Terhadap Sentimen dan Spekulasi

Jika diibaratkan bahtera yang mengarungi samudera, angin topan dan gelombang tinggi merupakan keadaan yang harus siap dihadapi. Bagi penumpang yang berada dalam bahtera tentunya tidak cukup bersiap dengan obat anti mabuk dan goncangan tetapi sudah juga harus siap dengan kondisi terburuk. Bagi nakhoda dan segenap mualim, juru kemudi, dan awak bahtera tentunya sudah memiliki panduan dan melakukan persiapan dalam menghadapi badai dan topan.

Trauma Krismon 1998 atau kebangkrutan ala Yunani seakan menghadirkan ancaman bagi perekonomian Indonesia; tetapi perlu memahami dampak faktor eksternal terhadap kestabilan sistem keuangan Indonesia.

1. Sentimen akibat krisis utang pemerintah, belajar dari pengalaman krisis utang Yunani, tidak perlu cemas berlebihan. Alasannya setiap kawasan (misalnya Amerika Latin, Afrika, Zona Eropa) akan berusaha menanggulanginya bersama IMF. Dari daftar negara yang berpotensi mengalami krisis utang, “trade value”nya dengan Indonesia tidak besar.

2. Kondisi cadangan devisa yang ada pada Bank Sentral per akhir Triwulan-I/2015 seperti pada grafik di bawah, termasuk juga posisi utang swasta dan kurs tukar USD-IDR.

Penjelasan. Sumbu kiri merupakan kurs tukar (rerata) USD-IDR dan sumbu kanan merupakan cadangan devisa dan posisi utang swasta dalam miliar USD.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun