3.2. Perwujudan dan pelaksanaan rangkaian proses yang terus bergerak maju (Progress Process) berdasarkan langkah stratejik terencana dan sistematis serta tertata dalam rentang waktu tertentu, tidak seketika (non-instant)
3.3. Pencapaian tujuan dan sasaran (Purpose) secara bertahap yang terdefinisi dan terukur dengan melibatkan partisipasi segenap masyarakat (Inclusive Society)
3.4. Pengembangan sumber daya manusia (People) sebagai inti (core) menjadi insan yang berakhlak dengan keterampilan, kemampuan, dan intelejensia dalam berkarya dan berkarsa. (Human as Capital)
3.5. Pemecahan dan penyelesaian masalah (Problem Solving) dimulai dengan hal yang sederhana dan berkaitan dengan kebutuhan yang mendasar untuk membangun serta meningkatkan kepercayaan masyarakat; untuk kemudian menyelesaikan masalah besar dalam skala luas secara komprehensif dan tuntas.
Pertumbuhan Ekonomi, Konsumsi dan Investasi
Perekonomian bangsa dapat diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) yang rumusannya merupakan agregasi dari jumlah konsumsi seluruh pelaku ekonomi termasuk pemerintah (K), jumlah investasi masyarakat pengusaha dan pemerintah (I), besaran dan netto hasil ekspor dan impor (X-M) dari hasil produksi dan bahan mentah atau bahan setengah jadi. Prosentase setiap komponen PDB pada rentang waktu 2010 – 2014 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Peningkatan ekspor dan devisa akan memperkuat nilai tukar mata uang Rupiah terhadap mata uang asing. Pada sisi lain, upaya peningkatan ekspor tidak serta merta harus diiringi dengan pengurangan impor. Hal ini perlu menjadi pertimbangan dan penjelasannya seperti berikut ini. Peningkatan ekspor negeri-A merupakan beban tambahan impor bagi mitra dagang di negeri-B. Jika kemudian ekspor negeri-B tersebut tidak diserap mitra yang lain termasuk oleh negeri-A (yang mengurangi impor), maka secara agregasi akan menekan kemampuan ekspor negeri-B. Selanjutnya negeri-B akan mengurangi jumlah impor dari negeri-A. Dengan demikian yang harus diperhatikan dan dijaga adalah keseimbangan perdagangan luar negeri agar tidak terjadi ketimpangan akibat ekspor yang selalu ingin berlebihan dan merupakan bumerang atau “negative-feedback” menurunkan permintaan secara agregasi.
Tentang konsumsi masyarakat, ada yang perlu perhatian serius seperti dapat dilihat pada grafik yang menggambarkan posisi Kredit Investasi dan Kredit Konsumsi berikut ini.
Jika dilihat sepintas memang kredit investasi dan konsumsi bertumbuh. Pertumbuhan KPRAKO mendorong sektor perumahan termasuk apartemen dan ruko, sementara KKB akan menyerap produk kendaraan bermotor, dengan tentunya berimplikasi pada peningkatan konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak). Pada kredit konsumsi lainnya, perlu diperhatikan apakah memang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan atau sekedar pemenuhan keinginan yang tidak penting atau dapat ditunda.