Diagram berikut mengkaji konsumsi BBM yang diturunkan dari nilai impor migas (Rujukan informasi : SEKI Bank Indonesia) dan ICP.
Diagram 2 : Tren Impor Migas, ICP, Pola Kebutuhan & Konsumsi (2010 – Maret 2015)
Keterangan diagram.
Nilai impor migas (dalam USD Ribu), fluktuasi ICP, dan “dummy-indeks” atas kebutuhan migas yang merupakan rasio nilai impor dan rerata ICP.
Dari garis tren kebutuhan atau konsumsi, ketergantungan akan BBM impor tetap tinggi dan belum terjadi perubahan yang berarti. Kondisi ketergantungan ini akan selalu menjadi ancaman terhadap neraca berjalan (Current Account) yang cenderung defisit (Year on Year) dan sangat rentan terhadap fluktuasi ICP dan selanjutnya berdampak pada kenaikan inflasi.
Mencermati Masalah Kritikal
Kajian yang hanya berdasarkan kecenderungan (Trend Analysis) memberikan informasi awal yang perlu dilanjutkan dengan pendalaman untuk identifikasi akar masalah (root-cause).
Untuk mencapai target pertumbuhan PDB, tingkat inflasi perlu diperhatikan agar tidak menggerogoti; demikian juga depresiasi Rupiah terhadap Dolar Amerika; khususnya pada faktor internal bukan sekedar menunjuk faktor eksternal (kondisi ekonomi Amerika yang menguat).
Kondisi neraca berjalan, jika dilihat pada Januari dan Februari 2015 memberikan surplus sebesar sekitar USD 1.5 milyar. Tetapi yang perlu perhatian pada penurunan nilai ekspor yang disebabkan turunnya harga komiditi dunia dan produk hasil olahan, sebagai gejala deflasi. Pada sisi impor, penurunan nilainya disebabkan turunnya harga minyak dunia. Tetapi dari indeks nilai impor, kecenderungannya naik sehingga mengindikasikan bahwa impor masih didominasi barang konsumsi bukan barang modal (untuk proses produksi) ataupun barang baku untuk olahan. (Pada kesempatan lain akan diberikan kajian atas tren ekspor dan impor).
Benar bahwa tingkat inflasi dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir kecenderungannya menurun tetapi inflasi masih rentan terhadap fluktuasi harga minyak. Perlu juga mendapatkan perhatian akan pola konsumsi BBM serta upaya pemanfaatan solusi energi alternatif (gas dan energi baru terbarukan) yang bergerak lamban.
Awal April 2015
S. Arnold Mamesah – Laskar Initiative
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H