Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gugahan IndONEsia SATU

20 Oktober 2014   14:27 Diperbarui: 19 Oktober 2015   12:57 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ikhtiar bersama Sang Fajar

Hanya dalam hitungan jam sejak tulisan ini dipublikasikan, bahtera RI 2014-2019 segera lepas jangkar untuk melaut mengarungi samudera setelah mendapatkan “clearance” di gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat. Presiden Joko Widodo bertindak sebagai “Nakhoda In-Command”, berpadanan dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang berperan sebagai “Deputy Nakhoda” dan kelak beserta para mualim dan awak kapal (Anggota Kabinet) .

“A New Hope”(Pengharapan Baru), demikian judul sampul Majalah Times edisi 28 Oktober 2014, seakan mewakili suara hati rakyat Indonesia akan pengharapan yang disandarkan kepada duo Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JKW-JK). Dalam pengharapan yang demikian besar dari rakyat, terbersit pertanyaan apakah duo JKW-JK beserta anggota kabinetnya dapat terampil, tangguh dan tanggap dalam memberikan layanan sepenuh hati untuk memenuhi pengharapan segenap rakyat dan bangsa Indonesia.

Berpijak pada Bumi nan Makin Panas

Mengutip judul film tempo-doeloe, Bumi Makin Panas, bukan bermaksud untuk langsung menggambarkan suatu kondisi yang mencemaskan nan mengancam bangsa Indonesia. Namun akan lebih bijak untuk sejenak memotret panorama kehidupan dalam masyarakat dari tujuh dimensi yang mencakup Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, Pertahanan, dan Keamanan. 

Ideologi. Dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika, masih sering muncul dan gesekan yang berkaitan dengan pluralisme dan primordialisme dalam kehidupan masyarakat. Isu SARA masih sering menjadi alasan pembenaran dari tindakan. Juga, patriotisme yang selayaknya ditunjukkan sebagai sikap berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara, sering dirancukan dengan tindakan kepada sesama masyarakat atau malah membela negara lain. Politik. Semangat berdemokrasi yang membara sejalan eforia reformasi yang seakan tiada berkesudahan, politik untuk kekuasaan dan berkuasa menjadi segala-galanya, sarat terbawa macheavelisme menggunakan segala cara. Demi kekuasaan, rakyat hanyalah sebagai pelengkap bahkan menjadi penonton dari panggung politik perebutan kekuasaan. Ekonomi. Tidak dapat dipungkiri Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan. Tetapi, kenyataannya pertumbuhan ekonomi tersebut belum dapat membebaskan rakyat dari kemiskinan dan kemelaratan bak derita tiada akhir. Kesenjangan mewarnai kehidupan masyarakat dan rawan menimbulkan kecemburuan. Landasan ekonomi yang seharusnya terbentuk kuat dengan kekayaan alam serta jumlah penduduk, malah kemudian minimbulkan kondisi kontradiktif yaitu Krisis Energi dan Rawan Pangan yang berdampak pada impor BBM serta impor bahan pangan berkelanjutan. Sosial. Walaupun bukan memposisikan diri sebagai negara agama, tetapi kehidupan masyarakat yang menganut agama serta kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, selayaknya saling peduli, saling menghargai, dan saling mengikatkan diri dalam komunitas. Pada kenyataannya, masih sering terjadi benturan dan gesekan dalam masyarakat yang menandakan adanya kerawanan sosial yang kemudian dapat merambat menjadi perseteruan. Budaya. Walaupun mungkin terasa kuno, tentunya tidak salah untuk mengingat ungkapan syair lagu nenek moyang sang pelaut yang berani menerjang ombak dan menempuh badai. Juga, semangat petani yang bekerja keras pantang menyerah serta giat dan disiplin dalam menjaga serta merawat tanamannya agar dapat menikmati tuaian panen. Tatanan gotong royong, semboyan Tut Wuri Handayani, serta berbagai budaya lokal, semuanya merupakan kekayaan budaya, yang selayaknya tetap hinggap dalam kehidupan masyarakat. Mungkin karena dianggap peninggalan tempo-doeloe atau jadul atau tidak sesuai dengan jaman bahkan karena terkikis pengaruh budaya luar sebagai dampak globalisasi atau westernisasi, budaya dan semangat tersebut telah terkikis secara perlahan bahkan lenyap sirna ditelan waktu. 

Pertahanan. Bukan bermaksud untuk menghadirkan hegemoni kekuasaan, tetapi masalah pertahanan dan keutuhan negara masih sering muncul dalam bentuk gerakan separtis atau sikap yang lebih mementingkan wawasan kedaerahan atau lokal. Kondisi dan sikap ini lebih banyak merugikan dan menguras tenaga serta menimbulkan kerawanan. Keamanan. Bebas dari rasa takut selayaknya merupakan hak masyarakat dalam keseharian hidupnya. Namun tidak dapat disangkal bahwa ancaman tindakan kriminal terhadap jiwa serta kehidupan masyarakat terus meningkat angkanya. Gejala makin hakim sendiri dan premanisme kerap muncul dan mengganggu ketenangan dan ketentraman kehidupan masyarakat.

Hal di atas hanyalah potret dari keseharian pada Bumi nan Makin Panas Indonesia. Selayaknya menjadi catatan yang perlu diperhatikan bagi pemerintah. Tetapi menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah tanpa partisipasi, keterlibatan serta inisiatif dari masyakat tentunya merupakan sikap yang keliru.

Paduan Kebijakan dan Tindakan Pemerintah dengan Inisiatif Masyarakat

Berbekal peta dan potret keadaan terkini yang ada dalam kehidupan masyarakat, duo JKW-JK beserta jajaran para mualim dan awak kapal tentu perlu mengatur strategi dan rute yang dipilih agar dapat mencapai tujuan dengan cadangan bahan bakar (sumber daya) yang tersedia. Agar dapat mencapai tujuan dengan efektif, tentunya duo JKW-JK layak memperhatikan hal-hal yang dapat menimbulkan beban sehingga perjalanan menjadi tidak efisien. Dengan memperhatikan tujuan, rute dan sumber daya yang tersedia, perlu untuk segera disusun panduan kebijakan dan tindakan agar tidak terjadi “crash” selama perjalanan. Tentunya sebagai penumpang layak, menunggu dan mencermati  pengumuman dari “nakhoda in command”.

Akan sangat indah jika para penumpang juga menyusun dan melakukan inisiatif baik secara pribadi, ataupun secara kolektif dalam komunitas dan selanjutnya menjadi tindakan bersama. Dalam tatanan keyakinan dan keimanan kepada Yang Maha Esa, “A New Hope” akan lebih cepat tergapai jika memperhatikan tantangan seputaran “Ipoleksosbudhankam” dan berinisiatif melakukan perubahan dengan saling mengingatkan.

1. Menghadapi ancaman primordialisme dapat dilakukan dengan mengutamakan hidup yang santun, menghormati perbedaan dan pluralisme sebagai kekayaan budaya. Juga memahami makna perbedaan sebagai upaya memperkaya wawasan dan pemahaman pribadi.

2. Memberikan kesempatan kepada pihak yang dapat menunjukkan kemampuan adalah sikap yang bijak dengan tidak selalu mengutamakan hasrat untuk berkuasa. Selayaknya menempatkan kepemimpinan sebagai yang utama bukan sekedar kekuasaan, karena keyakinan iman masing-masing memberikan pengajaran dan pemahaman bahwa Yang Maha Kuasa Semesta Alam adalah pemegang kekuasaan yang tertinggi dan terutama.

3. Masalah kemiskinan dan kemelaratan serta kesenjangan bukanlah yang diinginkan Sang Pencipta karena rakyat Indonesia telah diberikan kekayaan alam yang selayaknya diolah untuk kesejahteraan dan kemakmuran bersama. Sikap giat dan semangat bekerja keras pantang menyerah dengan bergotong royong yang saling mendukung dan menghidupkan serta dalam kepimpinan masyarakat bersemboyan Tut Wuri Handayani patut selalu hadir. Beberapa perilaku boros dan tidak bijak dalam konsumsi perlu dikoreksi termasuk pengutamaan dalam mengkonsumsi dan menggunakan produksi yang dihasilkan negeri sendiri. Dalam penggunaan energi, terutama BBM, perlu perilaku masyarakat untuk tidak boros dan mengutamakan penggunaan transportasi publik secara bersama.

4. Memperhatikan serta peduli akan sesama anggota masyarakat dapat diwujudkan dengan bentuk sapaan, ajakan atau bahkan teguran secara santun. Berbuat kebaikan serta berperilaku positif agar menjadi teladan adalah awal dari upaya perubahan perilaku secara bersama. Khususnya, tindakan nyata dalam membantu masyarakat lain yang tidak mampu dan berkekurangan sebagai dampak tekanan ekonomi, akan mengurangi kemungkinan timbulnya gesekan atau kecemburuan sosial.

5. Menguatkan kembali pemahaman akan kekayaan budaya sendiri bukan berarti bersikap tertutup terhadap perubahan, tetapi karena budaya lokal lebih sederhana untuk dicerna dan diwujudkan dalam tindakan nyata. Budaya lokal yang mengutamakan gotong royong dengan keluarga sebagai kumpulan terkecil dan utama; dan selanjutnya peduli pada kehidupan dalam masyarakat sekitar serta komunitas lainnya akan memperkuat rasa kebersamaan sosial dalam semangat kesatuan serta keutuhan bangsa.

6. Keutuhan Negara selayaknya diterima sebagai anugerah Sang Pencipta sehingga patut diterima dengan rasa syukur. Perbedaan perlakuan yang mungkin dirasakan, seharusnya tidak perlu menjadi kecemburuan, tetapi menjadi dorongan untuk berupaya dan bekerja keras dalam menggapai hasil yang lebih baik.

7. Menghadapi ancaman kejahatan selayaknya diserahkan kepada aparat keamanan. Tetapi layak juga dipahami bahwa kejahatan dapat timbul karena kesenjangan. Sehingga perlu upaya bersama memerangi ancaman tersebut dengan memperhatikan masalah kesejahteraan. Sikap serta perilaku ala preman atau sikap main hakin sendiri akan hilang jika budaya santun, saling menghormati dan menghargai tumbuh subur dalam kehidupan masyarakat.

Tiada hal yang sulit atau luar biasa dalam upaya dan memulai inisiatif bersama oleh segenap masyarakat.

Inisiatif Indonesia SATU

Ikhtiar tidak hanya dilakukan duo JKW-JK dengan Inisiatif Pemerintah berupa Kebijakan, Program dan Tindakan. Tetapi juga memerlukan dukungan berupa Inisiatif Masyarakat khususnya dalam perubahan perilaku dan tindakan keseharian. Dua inisiatif masing-masing dari pemerintah dan masyarakat ini akan padu menyatu dan menjadi SATU.

Bagi duo JKW-JK, pesan SATU yang dimaksudkan adalah : Sapa dan sampaikan kepada rakyat tentang inisiatif pemerintah; Ajak dan gugah masyarakat; · Tunjukkan kerja keras dan kerjasama atas pelaksanaan inisiatif dengan kesungguhan; · Ungkapkan pencapaian dan syukur atas segala rahmat dan anugerahNya. 

Semoga harapan kelak menjadi nyata sempurna.

 

Pekan ketiga Oktober 2014

 

S. Arnold Mamesah - Laskar Initiative

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun