Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Krisis Harga BBM Naik - Crisis by Design?

21 November 2014   09:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:15 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1416510815287587589

BBM dan Krisis

Belum lewat sepekan kenaikan harga bensin premium dan solar diberlakukan, sikap pro-kontra terus berlangsung. Hantu inflasi dan kenaikan harga yang didorong peningkatan biaya, penurunan daya beli konsumen serta sikap keberpihakan pada kaum ekonomi lemah mendominasi argumentasi pihak yang kontra- kenaikan harga. Ada juga yang beragumentasi dengan merujuk pada perhitungan biaya pengadaan BBM dan makna subsidi dari perspektif anggaran negara (APBN), serta menuding para “mafia” sebagai biang kisruh harga BBM. Pada sisi pro-kenaikan harga, argumentasinya berwawasan pada masa depan dan pentingnya investasi, khususnya dalam infrastruktur. Subsidi seakan jebakan yang memanjakan dan membuat madat. Unjuk rasa serta demo berbagai kalangan juga aksi mogok seakan mengekpresikan ketidakpuasan dan kekecewaan. Apakah “Timbul Krisis” dalam masyarakat ?

Gempita Infrastruktur dan Energi

Usai kenaikan harga BBM, arus informasi mengguyur seputar rencana pembangunan infrastruktur dengan daftar yang tertata serta besaran dana pembangunannya. Target lebih dari 1000 KM jalan tol, puluhan pelabuhan dan armada maritim, waduk, dan berbagai sarana disiapkan untuk segera bergulir kegiatan pembangunannya. Gerakan semua lini kabinet seakan gempita yang membangunkan dan membuka mata segenap masyarakat akan tantangan dan peluang yang ada di masa mendatang.

Dalam bidang energi, kelistrikan mendapatkan perhatian dengan percepatan pembangunan pembangkit listrik, peningkatan penyediaan dan tingkat layanan listrik. Upaya sekitar perminyakan pada sisi hulu, didorong untuk investasi eksplorasi sumur baru dan peningkatan produksi dari sumur yang ada. Pada sisi hilir, didorong agar mengoptimalkan kilang yang ada dan mengundang investor melaksanakan pembangunan kilang baru.Tidak ketinggalan, dibentuk Tim Khusus untuk menginvestigasi praktek sesat dalam niaga perminyakan yang konon merugikan negara.

Capcay Tiongkok dan Gado-Gado Nusantara

Belum cukup dengan sekedar memberikan daftar proyek, Presiden Joko Widodo menyempatkan bertemu dengan kalangan perbankan dan Bank Indonesia dalam sebuah acara pada 20 November 2014 malam. Gubernur Bank Indonesia, sebagai penanggung jawab sisi moneter, memberikan pujian dan dukungan dengan tidak lupa mengingatkan resiko hutang swasta.

Presiden Joko Widodo, dalam pertemuan tersebut, merujuk pada resep keberhasilan yang diberikan Presiden Tiongkok yaitu “Kesatuan Langkah, Impian dan Gagasan Besar, Infrastruktur dan Interkoneksi.

Mengadopsi resep Tiongkok dalam kondisi Indonesia ibarat memadukan Cap-Cay dengan Gado-Gado. Kepelbagaian budaya, suku, partai politik, mahzab ekonomi merupakan tantangan agar dapat berkolaborasi dan bersinergi menjadi perekat kesatuan langkah.

Beban masa lalu dengan pola pikir yang cenderung terkotak harus digeser menjadi pola yang integratif dan berwawasan kedepan (foresight vision) sehingga dapat melahirkan gagasan besar dan mewujudkannya melalui tahapan (milestones) langkah bukan sekedar berpola-harap ala Sangkuriang atau Lampu Aladdin yang ajaib.

Upaya menyatukan ribuan pulau yang tersebar pada hamparan lautan merupakan tantangan unik agar mewujudnyata dalam Interkoneksi Nusantara dengan ketersedian dukungan transportasi darat laut, udara, dan komunikasi serta sarana infrastrukturnya.

Akankah kelak Gado-Gado Nusantara menjadi menu nikmat mancanegara.

Krisis membuka tingkap "Hambatan dan Perilaku" menuju Perubahan

Dalam suasa kisruh pro-kontra BBM dan melihat daftar panjang rencana pembangunan infrastruktur, serta mencermati langkah-langkah yang digulirkan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla beserta jajaran kabinet, maka terlalu naif dan dini mengatakan resep ala Capcay Tiongkok mujarab.

Tetapi dari timbulnya krisis akibat kenaikan harga BBM, merupakan pemicu untuk membuka tingkap-tingkap hambatan dan praktek tidak sehat serta perilaku yang menyesatkan yang selama ini berlangsung dan menjadi kendala bagi kemajuan pembangunan Indonesia.

Dalam menangani krisis, empat hingga enam minggu pertama merupakan ujian awal agar tidak bergulir liar. Jika berhasil dilewati maka tahapan berikutnya perlu tindakan dan langkah pasti agar deretan panjang rencana pembangunan bergulir.

Pilihan ada pada semua pihak baik yang pro atau kontra atas kebijakan kenaikan BBM, untuk bersepakat namun tetap kritis dengan resep Capcay yang dimodifikasi menjadi Gado-Gado Nusantara atau tetap mempertahankan perilaku lama dan enggan melangkah untuk perubahan.

Lantas kemudian terpikir, kenaikan harga BBM dengan dampak “Timbul Krisis” sengaja dipicu sebagai langkah awal menuju perubahan. Konon istilahnya yang populer : “Crisis by Design

21 November 2014

S. Arnold Mamesah – Laskar Initiative

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun