Mohon tunggu...
Arnol Goleo
Arnol Goleo Mohon Tunggu... Lainnya - Anakmomen

"Cukup pagi hari 'kau minum air susu ibumu', jangan sampai malam 'kau genggam buah dadanya.'"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Warung Ades

9 Oktober 2024   18:32 Diperbarui: 9 Oktober 2024   18:35 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Usiaku lebih mudah satu tahun dari Eta. Saat itu, Eta berusia sembilan belas tahun. Menjelang ujian, aku bertanya kepadanya, "Apakah setelah selesai dari SMA kamu mau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau tidak?" Saat aku bertanya demikian dia tersenyum, dan berkata, "Buat apa sekolah tinggi-tinggi jika ujung-ujungnya cari duit juga." Aku tak dapat membantah sebab dengan kondisi saat ini tanpa uang "kita tak ada apa-apanya." Beda dengan mereka yang dulu hidup belum mengenal uang.

Setalah kami lulus, Eta mengajakku mencari kerja tetapi aku tidak mau karena ingin melanjutkan pendidikan S1, sedangkan Eta melamar kerja di salah satu perusahaan. Singkat cerita, aku lulus dari universitas. Karena tidak kunjung mendapat pekerjaan, aku melamar di perusahaan yang sama-tempat Eta bekerja. Saat itu, Eta adalah kepala toko. Aku pun mulai bekerja. Siang itu, hari pertama bekerja, aku dan Eta duduk depan teras toko usai makan siang kami istirahat sejenak.

"Benarkan, apa yang pernah aku bilang ke kamu?!" kata Eta sambil meneguk teh pucuk dingin. Aku hanya diam, tak menanggapinya. "Buktinya kamu lulusan S1 bekerja juga di sini!" lanjutnya setelah membakar sebatang rokok surya sambil menunjuk toko di belakang kami itu. "Kamu benar," sambil mengelak, "Tapi beda. Cara berpikir kita berbeda." Dia tertawa setelah aku mengucapkan itu. "Ali, Ali. Kamu dari dulu tetap sama. Mimpi kamu itu terlalu tinggi. Mana ada kita sebagai karyawan toko dengan gaji dua juta bisa seperti mereka."

Baca juga: Kopi Kenangan

Eta menganggap mimpiku terlalu tinggi dan tak mungkin aku mampu mewujudkan mimpiku itu. Setelah bercerita selama tiga puluh menit, kami masuk ke dalam toko melanjutkan pekerjaan masing-masing.

Hari sudah sore, kami bersiap-siap pulang. Karena kost dan toko tempatku bekerja hanya lima puluh meter jadi aku jalan kaki. Aku lebih dulu pulang. Saat mau belok masuk lorong, menuju kostku, "Ali, Ali. Ini yang kamu bilang akan menjadi seperti mereka?" Di tertawa kecil saat aku menengoknya dengan wajah berkeringat karena jalan kaki di bawah terik sebelum matahari ditelan bumi barat. Lalu Eta pergi dengan motor Mio milik nya tanpa pamit.

Satu tahun kemudian, siang itu, Eta mengajakku makan di sebuah warung kecil yang belum lama dibuka di pinggiran jalan utama depan Petamina WKO-Tobelo. Warung itu hanya berjarak seratus meter dari tempat kami bekerja. Lalu kami memesan satu paket ikan mujair bakar plus pisang goreng. Tak lama, paket yang kami pesan tadi disajikan oleh seorang pelayan.

Baca juga: Tentu Kau Tahu

"Terima kasih." Ucapku kepada pelayan itu.

"Sama-sama," balasnya.

Kami pun melahap makanan sampai habis setelah pelayan kembali bekerja.

"Bagaimana, enak?" tanya Eta.

"Enak." Jawabku sambil mengelus perutku yang sudah terisi masi plus ikan mujair.

Saat aku hendak membayar billnya, "Biar aku saja. Aku kan bos kamu. Aku juga yang mengajakmu ke sini masa kamu yang bayar. Dimana harga diriku sebagai bos." Dengan bangganya. Aku tersenyum. Setelah Eta membayar pesanan kami di meja kasir, kami kembali ke toko karena waktu bekerja telah tiba.

Suatu ketika, manajer perusahaan mengunjungi toko tempat kami bekerja itu. Saat itu aku telah bekerja selama tiga tahun lamanya di tokoh itu dan satu tahun belakangan ini, toko kami mendapatkan penghargaan urutan kedua terbaik cabang Ternate di Tobelo dari perusahaan sehingga Manajer turun berkunjung ke toko kami bekerja ingin melihat sekaligus mengadakan sebuah pertemuan kecil dan makan bersama. Manajer hanya sejam mengunjungi toko kami dan ingin melanjutkan pertemuan kami di sebuah warung sekaligus jamuan makan malam.

"Pak manajer ingin kita makan malam di warung itu." Kata Eta sambil tersenyum bahagia.

"Yang mana?" tanyaku sambil mengingat, "Oh, iya.

Malam itu kami bertemu di Warung Ades atas rekomendasi Eta kepada manajer. Manajer sepakat kami makan malam di tempat itu, yang dua tahun lalu tempat aku dan Eta makan ikan mujair. Sekitar jam delapan malam kami semua telah tiba di sana dan duduk berjejeran saling berhadapan, kecuali pak Manajer. Kami bertujuh makan di warung itu, tiga karyawan perempuan dan empat laki-laki termasuk Manajer. Kami tiba langsung memesan makanan dan minuman. Tiga puluh menit, semua pesanan kami telah tersaji di atas meja.

"Apa kalian tahu kenapa bapak memilih warung ini?" tanya pak Manager sebelum kami mulai menyantap makanan di hadapan kami itu. "Karena atas rekomendasi pak Eta," salah satu karyawan menjawab. "Karena ikan mujair nya enak," tambah yang lain. "Benar. Itu tidak salah." Lanjut pak Manajer. "Tapi ada satu hal yang kalian tidak atau belum ketahui tentang warung ini."

Setelah mengucapkan itu, kami berhenti sejenak semua mata kamu menatapnya seakan ingin memintai keterangan selanjutnya. "Ya memang enak. Serbu..!!!" Seketika kami tertawa lepas. Sesudah itu kami sibuk dengan piring dan sendok kami masing-masing. Setelah kami selesai makan pak Manajer memberikan sejumlah uang kepada Eta. Eta menghampiri meja kasir. Ketika kami yang tengah berdiri dari meja itu hendak pulang, "Kata Bos kami, pesanan kalian gratis. Aku baru saja ditelepon beliau," kata kasir kepada Eta. "Bagaimana mungkin?" tanya Eta keheranan sekaligus bingung. "Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin." Jawabnya lagi kasir itu.

Eta tertawa begitu pun dengan pak Manajer karena hanya berjarak tiga meter dari meja kasir jadi kami mendengar semua percakapan mereka. "Eta, tinggalkan uang itu di atas meja." Kata pak Manager. Eta pun meletakkan uang itu di atas meja lalu menghampiri kami. Ketika kami hendak keluar dari warung tersebut, lagi kasir itu menghampiri kami, "Terima kasih sudah berkunjung ke warung kami," kata kasir itu. "Maaf, kami tidak bisa menerima uang ini." Setelah Eta menerima kembali uang itu dan menyerahkannya kepada pak Manajer. Kami pun masuk ke dalam mobil Rush berwarna hitam-mobil dinas pak Manajer lalu pergi dari Warung Ades.

"Aku tak habis pikir." Kata Eta kepada kami di atas mobil yang sedang melaju sambil tertawa, "Lihat saja nanti, kalau buka di potong gajinya, pasti dipecat."

***

Kami menginap selama dua hari dua malam di Hotel Marahai Park.

Dua hari setelahnya, siang itu, kami diajak kembali oleh pak Manajer untuk makan siang karena sore itu juga pak Manajer ingin kembali ke Ternate. Setelah kami tiba di warung yang sama, Eta memesan makan yang telah kami pilih pada menu. Setelah Eta mencatat semua pesanan kami di kertas, Eta memanggil salah satu kasir disitu lalu memberikannya kepadanya. Usai makan, kami istirahat sejenak sambil mengobrol. Ketika Eta melirik meja kasir sambil melirik seluruh ruangan warung namun dia tak melihat kasir itu.

"Kasir kalian ke mana?" Tanya Eta kepada salah seorang perempuan pelayan warung yang barusan lewat mengantar sebuah pesanan pengunjung yang lain. Pelayan yang ditanyai Eta sambil menunjuk seorang perempuan yang duduk di belakang meja kasir. "Kalau mau bayar billnya, langsung bayar ke meja kasir."

Eta memotong, "Bukan. Maksudku kasir yang dua hari lalu." Pelayan itu menjawab, "Oh. Dia tidak lagi bekerja di sini." Eta tertawa. Lalu memandangi kami seolah-olah memintai perhatian, dan berkata, "Apa aku bilang. Perempuan itu pasti sudah dipecat oleh bosnya." pelayan itu membantah sambil tertawa kecil, "Kata siapa?" Eta merasa direndahkan, Eta menyirami pelayan itu dengan sisa minuman miliknya.

"Maaf, kalau sikap saya menyinggung perasaan bapak." Pelayan itu mengusap wajahnya yang terkena siraman minuman jus alpukat sambil pamit ke belakang membersikan wajahnya ke toilet.

Weda, 9 Oktober 2024

Arnol Goleo [20:25]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun