Beberapa jam kemudian, datanglah temanku (teman sekerja) membawa oli transmisi sebab oli tersebut yang habis sehingga unit atau alat tidak saya bisa jalan, tidak ada tenaga.
"Arnol monitor," panggilan pengawas kami dari radio.
"Masuk!" jawabku.
"Saya sudah kirim ke sana oli transmisinya, nanti kamu isi sendiri," lagi suara dari radio.
"Waduh. Bagaimana caranya mengisi oli transmisi, tempatnya di mana? Kalau salah isi alatnya rusak saya kena sanksi lagi. Saya kan belum pernah melakukan hal ini karena biasanya yang mengisi adalah orang workshop." Saya menepuk jidat.
Beberapa menit kemudian teman saya datang dengan loder dan dua galon aqua berisikan oli transmisi di dalam baket loder.
"Arnol tahu cara mengisi oli transmisi?" tanyanya dengan rasa simpati. "Kamu tahu tidak cara isinya?" saya bertanya balik. "Tidak!"
Saya bingung mau bagaimana. Saya tipe orang yang tidak suka banyak bertanya walau "tidak tahu." Saya lebih suka menyelesaikan masalah sendiri sehingga saya mulai buka google dan you tube mencari informasi tentang tempat dan cara mengisi oli transmisi. Tetapi tidak ketemu. Disini saya mulai cemas dan ragu-ragu.
Dia juga (teman saya) belum pernah sehingga kami sama-sama mencari tahu tempat pengisian oli transmisi tersebut. Akhirnya, kami menemukan tempat pengisian oli transmisi. Dan dia pun pergi, kembali ke job untuk lanjut bekerja.
"Kalau salah abis saya!" rasa cemas terus menghantui pikiranku saat mengisi oli transmisi.
Satu jam kemudian, seorang Cina dari workshop datang. "Okelah!" teriaknya dari atas unit 'Dum Track (DT).' Saya pun lega karena tidak salah isi--sudah tepat tempat pengisian oli transmisinya.