Mohon tunggu...
Arnol Goleo
Arnol Goleo Mohon Tunggu... Lainnya - GOLMEN

Penaku bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menabur Kebaikan Seperti Menanam Jambu Air

18 Januari 2024   19:22 Diperbarui: 18 Januari 2024   19:35 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi jambu air. Sumber: Berita Kepri 

Di depan rumah kami ada dua pohon tumbuh subur tanpa pupuk, tumbuh secara alami (saya rawat awal menanam hingga remaja). Saat beranjak dewasa saya biarkan untuk dibesarkan oleh alam atau halaman rumah sekitar.

Dua pohon tersebut adalah rambutan dan jambu air yang kini usianya sekitar 10 atau 11 tahun. Dan sekarang ketika musim buah-buahan tiba, kedua tanaman tersebut cukup lebat buahnya.

Selain buahnya banyak pada waktu musimnya tiba. Kedua pohon tersebut sangatlah rimbun sehingga sangat sejuk bila berteduh di bawah kedua pohon tersebut karena saling berdekatan.

Tidak jarang anak-anak maupun orang dewasa setiap hari duduk santai di bawah pohon tersebut karena ayah saya membuat atau menyediakan sebuah tempat duduk sederhana sebagai tempat untuk santai.

Dari awal saya menanam kedua pohon tersebut dengan ikhtiar bisa menikmati hasilnya oleh saya dan keluarga. Selain itu, harapan besar saya tetangga atau masyarakat sekitar juga dapat menikmatinya.

Sebenarnya bukan hanya dua pohon yang saya tanam waktu itu baik rambutan maupun jambu air tetapi lebih dari itu. Seingat saya, rambutan sekitar empat atau lima pohon sedangkan jambu air sekitar tiga cabang yang saya tanam.

Tentu saja yang lain tidak tumbuh subur karena tidak dirawat dengan baik. Sedangkan dua pohon di depan rumah (satu pohon rambutan dan jambu air) saya rawat layaknya diri saya sendiri.

Sehingga dua pohon itu yang dapat saya nikmati atau dapat tumbuh subur serta menghasilkan buah.

Berbeda dengan rambutan, sejak kecil saya suka makan rambutan tapi tidak dengan jambu air. Tidak suka jambu air kok saya tanam? Untuk apa atau bagaimana ceritanya sehingga saya menanam jambu air?

Seperti yang pernah saya tulis di artikel sebelumnya dengan judul "Guru Sama Halnya Orang Tua." Di artikel tersebut saya pernah tulis bahwa setiap kali jam istirahat sekolah (waktu SMP) tempat favorit untuk saya dan teman-teman nongkrong adalah di bawah pohon, salah satunya pohon jambu air.

Hidup dari keluarga sederhana tentu saja masalah jajan sekolah orang tua memberikan seadanya bahkan sering kali tidak ada.

Sehingga, setiap istirahat kalau tidak ada uang jajan, saya dan teman-teman lebih memilih duduk santai atau ngobrol di bawah pohon tersebut atau pohon yang lain seperti pohon nangka.

Jika ada uang jajan kami patungan. Bila lebih dari lima ribu dari hasil patungan kami memilih membeli minuman gelas dan kue wafer karena hanya itu yang pas dengan saku jajan dan bisa cukup untuk kami berbagi (karna kami 20 orang).

Ketika uang jajan kurang dari lima ribu kami membeli permen Texas karena hanya seribu per batang dengan isi 10 atau 11 biji. Jadi hanya kami perlu dua ribu kami bisa mendapat dua batang permen Texas dan bisa berbagi per orang satu biji.

Suatu ketika, musim buah-buahan (jambu air) karena teman yang lain tidak masuk sekolah, saya dan ketiga teman di jam istirahat sekolah berteduh atau nongkrong agak jauh dari sekolah di bawah pohon jambu air warga sekitar.

Pohon tersebut sangat rendah sehingga bisa dipetik buahnya tanpa memanjat. Waktu itu, kami tidak memiliki uang jajan sama sekali sehingga diam-diam memetik buah tersebut yang masih sangat mudah.

Saya tidak suka, tapi rasa lapar tidak tertahan dengan terpaksa memakan buah tersebut. Seiring berjalannya waktu saya pun menyukainya buah jambu air sehingga dalam hati dan pikiran saya timbul bagaimana kalau saya ambil beberapa cabang untuk di tanam di halaman rumah.

Dalam seminggu, senin sampai jumat, menerima pelajaran atau belajar di kelas sedangkan hari sabtu adalah hari kerja bakti sekolah membersihkan ruang kelas, halaman sekolah atau membuat pagar sekolah dari bambu.

Di hari itulah saya mengambil beberapa ranting jambu air untuk dibawa ke rumah dan ditanam. Seperti yang telah saya uraikan sebelumnya bahwa niat dalam menanam pohon tersebut agar saya bisa menikmatinya juga orang lain.

Seperti pepatah mengatakan: "Apa yang ditabur itu yang akan dituai."

Dalam menabur kebaikan pun demikian, jika niat baik dalam membantu orang lain maka kita akan menikmati atau menuai hasil yang baik. Namun, berbuat baik kita tidak perlu meminta agar orang yang kita tolong untuk membalasnya.

Tetapi yang harus dipegang adalah rasa ikhlas dalam memberi seperti menanam pohon dan merawatnya agar kelak orang tersebut juga berbuat demikian terhadap orang lain.

Weda, 18 Januari 2024
Arnol Goleo [21:02]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun