Dalam mengelola gaji gampang-gampang susah, apalagi sebagai pemula. Banyak atau sedikitnya gaji seseorang sama saja ketika tidak dikelola dengan baik yang tinggal hanyalah nominal di atas kertas.
Sebagai kepala keluarga atau ibu rumah tangga patut mengelola dan memanfaatkan keuangan dengan bijak. Ketika bijak mengelola keuangan, kesejahteraan dan rasa tentram keluarga dapat terjamin.
Begitu pun dengan yang belum memiliki pasangan hidup harus belajar atau pandai dalam mengelola keuangan atau gaji dari sekarang agar terhindar dari kata; miskin di masa akan datang.
Sehingga ketika sudah berkeluarga, sudah bisa atau mampu mengelola keuangan keluarga dengan bijak; baik sebagai  kepala rumah tangga atau sebagai ibu rumah tangga. Apalagi kita hidup di zaman ini.
Sebenarnya berpenghasilan tinggi belum tentu hidup seseorang sejahtera. Sebab kesejahteraan hidup tidak terletak pada berapa jumlah uang yang kita miliki. Tetapi, seberapa pandai kita mengelola keuangan.
Apakah dengan memiliki gaji tinggi kebutuhan juga ikut naik? Sebenarnya itu bukanlah kebutuhan yang naik tetapi keinginan seseorang.
Karena kita sering kali menganggap dengan sudah memiliki banyak uang (gaji meningkat), kita sesuka hati membeli sesuatu yang diinginkan, hasilnya merasa tidak cukup (kurang).
Lalu bagaimana cara mengelola keuangan secara bijak? Hal-hal apa saja yang patut dihindari atau yang membuat kita tidak merasa cukup; tidak maju atau sejahtera?
Kurang lebih ada beberapa hal di bawah ini yang sering terjadi atau masalah yang dihadapi karena tidak cermat memilih dan memilah sehingga gaji seseorang habis tanpa menghasilkan.
Pertama, tidak membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan. Misalkan, barang atau sesuatu yang masih layak untuk dipakai tetapi merasa penghasilannya mampu membeli itu atau sudah bosan sehingga dibeli barang tersebut demi "memuaskan" keinginannya.
Berbeda dengan seseorang yang hidupnya sudah makmur bisa saja membeli sesuatu atau merasa sudah saatnya menikmati hasil yang telah diperoleh selama ini.
Kedua, terlilit utang. Berhutang tidak selamanya memperburuk keadaan ekonomi dalam hidup (keluarga) bila itu dikelola dengan bijak.
Tapi, kalau berhutang karena hanya ingin menikmati sesaat maka hasilnya juga hidup seseorang tersebut makin terpuruk (kita menyusahkan hidup sendiri).
Kalau berhutang demi memperluas usaha yang dimiliki tidak masalah asalkan seseorang pandai mengelola keuangan tersebut (dari hasil hutang, bukan keinginan semata.
Ketiga, acuh dengan rencana. Kita hidup bukan sekedar hidup, lalu mati. Manusia agar selamat dari kemiskinan diperlukan rancangan hidup sebaik mungkin sebab dengan memiliki rancangan hidup kita semakin terarah.
Seperti halnya dalam ajaran agama agar selamat atau "masuk surga" kita patut menghindari hal-hal yang tidak baik. Seperti itu pula dengan hidup di dunia, sejahtera, hidup makmur di masa yang akan datang diperlukan rancangan dari sekarang.
Ketika kita sudah memiliki rancangan serta bijak mengelola keuangan sudah pasti hidup seseorang terhindari dari kata "miskin" sebab tujuan hidup sudah terarah sehingga dengan mudah dalam mencapai kata sejahtera.
Weda, 7 Desember 2023
Arnol Goleo [20:58]