Balas mirna dengan senyum.
Esoknya Mirna bertemu Isak di warung, tempat biasa mereka makan.
"Is, kamu tahu tidak, semalam aku diajak makan malam sama Aziz di restoran yang sama seperti janji kita. Dia itu romantis sekali menyatakan cintanya di depan banyak orang dipersembahkan melalui puisi yang indah."
Makanan dari mulut Isak hampir mengenai wajah Mirna ketika mendengar ucapannya. "Kamu kenapa Is? Mangkanya kalau makan itu pelan-pelan," kesal Mirna.
"Tidak apa-apa. Maaf Mir," kata Isak seusai meneguk segelas air.
"Kok bisa begitu?!" Kata Isak di depan Mirna.
"Iya, kenapa? Tidak seperti kamu, sudah janji malah tidak ditepati kalau tidak bisa jangan buat janji. Perempuan itu tidak suka kalau laki-laki tidak menepati janjinya."
"Iya aku tahu. Aku minta maaf soal itu." Isak sambil memohon.
"Iya aku maafkan. Tapi aku beruntung semalam karena janji makan malam kita batal. Kalau tidak, aku pasti tidak bertemu dengan pria itu. Sudah ganteng kaya lagi." Mirna senyum-senyum sendiri sambil membayangkan momen itu.
Seolah-olah Mirna mengatakan pada Isak bahwa telah menemukan pria yang cocok sesuai dengan impiannya.
Isak seketika hanya diam dan merenung. Iya sadar bahwa cinta yang tulus saja tidak menjamin wanita jatuh hati kepada seorang laki-laki. Selain cinta, pria juga harus mapan secara materi.