"Elang!" sapa lembut Pina kepada kedua anak kembarnya.
"Elang?! suara Lang meninggi. "Bu, aku gak suka lagi di panggil Elang. Nama itu pembawa malapetaka," tiba-tiba Galang menghardik ibunya.
"Prakk!" Ayahnya Galang menampar pipinya. "Jaga ucapanmu itu!" kata Mik. "Kamu keterlaluan mengatakan itu pada ibumu."
Karena Mik sangat menyayangi Pina semasa pacaran sampai mereka menikah hingga Ela dan Lang. Dan sampai hari ini, kedua telapak tangan Mik tidak pernah menyentuh sedikitpun di pipi Pina.
Namun ucapan Galang yang membentak ibunya itu membuat Mik murka dan tak mampu lagi membendung gejolak dalam hatinya sehingga menampar pipi Galang. Dan ini kali pertama tangan Mik menyentuh pipi anak kesayangannya itu.
"Mikkk!" teriak Pina lalu berdiri menahan tangan Mik ketika kali kedua ingin menampar Galang.
"Sudah. Cukup! Anak kita gak salah, aku yang salah," kata Pina lalu menghindarkan tangan Mik dari wajah Galang. "Gak gitu juga cara didik anak, gak baik dengan kekerasan."
Karena Pina sangat menyayangi kedua anak kembarnya sehingga berbalik memarahi suaminya.
"Duarrr!" suara Lang membanting pintu kamarnya.
"Kamu tuh yah. Kalau gak bisa beliin motor, bilang saja! Apa susahnya sih?" Lagi Pina menghardik kepada Mik, suaminya itu.
"Ini semua gara-gara kamu!"