"Sudah lama yah?" tanya Ary. "Kenapa tidak menelpon saya supaya menjemputmu."
"Aku tidak mau merepotkanmu" jawabku singkat. "Emang aku anak kecil harus dijemput" candaku.
"Iya. Saya takut kamu hilang" balasnya
[Kami tertawa lepas]
"Dari kapan di Jakarta?" lanjut Ary sambil menuju sofa hijau dan duduk di samping Meisya.
"Kemarin Aku dan Emil tiba di Jogja. Setelah itu, hari ini, Aku ke sini sekalian minta maaf soal di Bali."
"Tidak apa-apa, saya sudah tahu itu. Waktu itu saya juga lihat sendiri, Leo dan Lucy duduk di warung juga Tomy. Masalahnya itu sampai Leo pulang tanpa pamit pada kami." Tutur Ary.
"Iya." Jawabku kesal saat Ary mengingatkan kejadian itu.
"Tapi kamu tahu tidak apa yang terjadi pada mereka berdua setelah kamu pergi dari warung itu?" tanya Ary santai tapi serius.
"Tidak. Aku kecewa dan Lucy juga tidak mencegahku, makanya pergi meninggalkan mereka berdua. Lucy juga masih sayang kan sama Tomy? Buktinya sampai hari ini Lucy tidak menelponku atau chat di WA." Aku membela diri di depan Ary.
"Leo Leo, kamu jangan berbohong. Aku sendiri melihat Lucy sudah menahanmu tapi kamu sendiri malah pergi begitu saja tanpa memperdulikannnya. Aku tahu sifat Lucy. Mungkin dia kecewa karena kamu meninggalkannya sehingga dia tidak menelponmu. Lucy itu cinta banget sama kamu." Ceramah Ary padaku.