Besoknya, Reki langsung bergabung di komunitas tersebut dengan beberapa anak lainnya. Karena komunitas mereka masih baru, disana hanya 10 orang.
Berti dan teman-temannya sangat antusias memberikan pengajaran kepada mereka dengan sukarela karena bagi mereka itu sudah kewajiban menerapkan Tri Darma Perguruan Tinggi dan UUD untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
"Kaka mau tanya; apa cita-cita kalian ke depan?" tanya Engki kepada mereka seusai mereka memberikan materi Bahasa Indonesia di bawah pohon mangga sore itu.
"Saya mau jadi dokter." yang lainnya menjawab, "saya mau jadi guru." dan seterusnya. Reki diam saja saat yang lainnya bergantian mengucapkan cita-cita mereka.
"Kalau Reki, apa cita-citanya?" tanya Berti dengan lembut padanya.
"Apa bisa komunitas BAJAY mewujudkan cita-cita kami?" tanya Reki balik. Karena setahunya menjadi dokter adalah mereka yang mengeyam pedidikan tinggi atau formal.
Mereka semua diam saat Reki mengajukan pertanyaan tersebut.
"Pertanyaan yang bagus." Ketua komunitas  BAJAY menjawab.
[Komunitas BAJAY memang tidak seperti sekolah-sekolah negeri atau swasta. Tapi komunitas ini kurang lebih sama. Kalian akan mendapatkan pendidikan juga bisa mewujudkan impian.
Memang, menjadi dokter dan memiliki gelar itu tidak mungkin sebab komunitas BAJAY berbeda dengan sekolah formal. Tetapi menjadi guru, menjadi pengusaha sukses, dan menjadi penulis hebat bisa. Asalkan kalian belajar dengan sungguh-sungguh]. Tutur Melek.
***