"Oh iya sayang. Kenalkan ini temanku Lucy" kata Ary saat kami duduk di ruang tamu, rumah Ary.
"Hai! Saya Meisya, pacar Ary" kata Meisya sambil tersenyum.
"Lucy." Balas Lucy singkat.
"Cantik banget pacar kamu Ary" lanjut Lucy
"Ah, kamu bisa aja!" kata Meisya.
[Saat saya merantau di Kalimantan setahun tidak mendapat pekerjaan. Dan saya tidak memiliki satupun teman di sana. Apalagi keluarga. Waktu itu, saya tertidur di sebuah gang. Badanku kurus dan hampir mati kelaparan. Sebab sudah tiga hari tidak makan.
Subuh sekitar jam 6, Lucy membangunkan saya dan memberiku sebungkus nasi plus lauk. Setelah itu menyewa sebuah kost selama beberapa bulan. Karena tidak mendapat pekerjaan, saya ke Jakarta. Tiket kapal pun dibelikan oleh Lucy. Mungkin kalau bukan Lucy, aku sudah mati kelaparan]. Kata Ary kepada Meisya.
"Ah, itu hanya kebetulan saja" kata Lucy.
"Tidak, Lucy. Semua itu sudah kehendak Tuhan. Dan kita berkumpul malam ini bukan sebuah kebetulan juga," jawab Ary.
Bagi Ary, Lucy tak pernah ia lupa atas jasanya. Karena jasa Lucy, Ary bisa di kenal dan mengubah hidupnya hingga sukses menjadi novelis juga waktu di Kalimantan itu.
"Oke! Mumpung beberapa hari ke depan kita tidak ada kegiatan. Bagaimana kalau besok kita berlibur ke Bali?" lanjutnya.