Seusai menutup telepon dari ibu, di teras depan rumah Ary. Aku masuk ke dalam rumah dan mendapati Ary sedang duduk di sofa hijau, ruang tamu. Aku perlahan duduk tepat di depan Ary yang sedang sibuk membaca koran.
"A..a..Ary," dengan bibir kaku dan rasa tak enak hati menyebut namanya, tak seperti biasanya.
"Hmm.. kenapa, Leo?" Ary bertanya. Tapi Ary tak menengokku sedikitpun dan tetap fokus membaca koran yang digenggamnya itu.
"Ting." Sebuah pesan masuk di ponsel Ary.
"Saya pergi dulu, mau bertemu Pak Arman, katanya penting" kata Ary seusai melihat layar ponselnya itu.
"Kalau Leo butuh sesuatu jangan sungkan menghubungiku" lanjutnya sambil beranjak dari sofa lalu pergi.
Akhirnya aku tidak sempat mengatakan maksudku karena Ary sudah pergi menemui Pak Arman.
"Kenapa aku tidak langsung bilang saja tadi?" dalam hati berkata.
***
Sudah pukul 19:00 WIB Ary belum pulang juga ke rumah. Aku menelponnya tapi tidak dijawab.
Setelah mandi dan makan malam. Aku duduk di sofa hijau sambil nonton tv, di ruang tamu, tempat aku duduk bersama Ary tadi siang.
"Trilili." Tiba-tiba bell pintu depan berbunyi.
"Itu pasti Ary," dalam hati bergumam.
Aku cepat-cepat membuka pintu rumah. Aku kaget, karena yang berdiri di depan pintu bukan Ary tapi sopir pribadinya, Pak Luki.
"Ary mana?" aku bertanya pada sopir pribadinya.
"Masih di kantor. Sebentar lagi baru pulang, sekitar jam delapan malam," jawabnya.
"Pak Ary titip pesan bahwa segera bereskan barang-barang mu. Bahkan Pak Ary berpesan sebelum beliau sampai di rumah, semua barang-barang mu harus sudah selesai berkemas," lanjut Pak Luki.
"Tapi kenapa, Pak?" aku bertanya alasannya. Aku bingung.
Tapi, Pak Luki tidak memberitahuku dan pergi begitu saja. Aku rasa tadi siang kami berdua baik-baik saja sebelum Ary berangkat bertemu Pak Arman.
Sesudah Pak Luki pergi dengan mobil Ary. Aku masuk, menutup pintu rumah dan segera membereskan barang-barang ku. Satu pun tak tersisa.
"Apa Ary mengusirku?" Ah tidak mungkin!" dalam hati berkata demikian sambil berkemas barang-barang ku.
"Atau jangan-jangan rumah ini mau...? Ah!" firasatku.
"Ting." Sebuah pesan masuk di ponselku. Sakit hati saat kulihat layar ponselku.
"Kalau barang-barang mu sudah selesai dikemas, tunggu saya beberapa menit. Nanti saya antar di kost. Saya sudah bayar selama tiga bulan ke depan dan kebutuhan mu sudah saya siapkan," kata Ary melalui pesan di WhatsApp.
Bersambung ...
Weda, 28 Mei 2023
Arnol Goleo [23:04]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H